Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tantangan Global Umat Masa Depan (30)

Menjadikan Pancasila Sebagai Melting Pot

Sabtu, 2 Juli 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Tantangan bangsa besar seperti Indonesia ialah ba­gaimana mewujudkan sebuah pranata pemersatu dan dapat diterima sebagai visi bangsa di masa depan. Membangun visi bangsa yang plural seperti Indonesia tentu bukan sesuatu yang mudah.

Indonesia adalah suatu bangsa yang dipadati oleh berbagai ikatan primordial sebagai konsekwensi wilayahnya yang luas dan terdiri atas berbagai pulau besar dan kecil, dengan keunikan bahasa dan budayanya masing-masing. Belum lagi kompleksitas nilai-nilai berbagai agama dan kepercayaan yang masih aktif dianut di dalam masyarakat.

Baca juga : Membingkai Pluralitas Budaya Nasional

Tarik menarik berbagai nilai di dalamnya telah, sedang, dan akan terus membayangi bangsa ini. Dalam kondisi obyektif seperti ini, Pancasila tampil sebagai kekuatan pem­ersatu (melting pot) yang menjembatani berbagai perbedaan dan kepentingan di dalamnya.

Hal yang sangat menguntungkan bangsa ini ialah kebe­saran jiwa dan keluhuran budi umat Islam yang merupakan komunitas terbesar di negeri ini bersedia melenturkan pema­haman doktrin keagamaannya untuk mengakui keberadaan kelompok lain, sekecil apapun kelompok itu.

Baca juga : Dampak Globalisasi

Meskipun itu dipertanyakan oleh berbagai pihak, apakah sikap ”lentur” itu disebabkan oleh substansi ajaran Islam yang memang sedemikian fleksibel, sikap ”keabangan” umat Islam saat itu yang tidak memberikan reaksi berlebihan ter­hadap penentuan dasar negara saat itu, atau berjumpa antara keduanya yang dipicu persamaan sejarah sebagai sesama warga bangsa yang pernah menderita sekian lama hidup di bawah penjajahan kolonialisme asing.

Interaksi dinamis --bukan indoktrinasi aktif dari pengua­sa--dari realitas nilai-nilai plural tadi, sekaligus melahirkan sintesa dan konfigurasi budaya keindonesiaan yang unik. Budaya keindonesiaan ini kelak menjadi wadah perekat (melting pot) yang efektif.

Baca juga : Fenomena Umat Berkepribadian Ganda

Bilamana interaksi dinamis terjadi dalam masyarakat, maka unsur-unsur lokal dan primordial, seperti suku, bangsa, khususnya agama berposisi sebagai kekuatan daya penyatu (centripetal).

Akan tetapi, jika interaksi dinamis tidak terjadi dan se­baliknya yang terjadi adalah indoktrinasi aktif dari salah satu kekuatan masyarakat, maka unsur-unsur tersebut akan muncul sebagai daya pemecah-belah (centrifugal).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.