Dark/Light Mode

Menolak Nepotisme

Senin, 27 Juni 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebuah hadis riwayat Abu Burdah, dari Abu Musa RA, mengatakan: Aku bersama dengan dua dari anak pamanku (sepupu sekali) menemui Nabi. Lalu salah satu dari keduanya mengatakan: Wahai baginda Nabi, angkatlah kami sebagai pejabat dari beberapa jabatan yang diberikan oleh Allah padamu.

Nabi mengatakan: Demi Allah, kami tidak mengangkat/ memberikan jabatan ini kepada seseorang yang memintanya atau yang optimis terhadapnya. (HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam kitab Musannaf Ibni Abi Syaibah).

Baca juga : Memaralelkan Jihad Dan Patriotisme

Dalam hadis lain Riwayat Abu Zar RA dikatakan: Wahai baginda Nabi, angkatlah aku sebagai pejabat, lalu ia mengatakan: Nabi memukulkan tangannya ke pundakku sambil mengatakan: “Wahai Abu Zar, aku melihatmu sangat lemah, dan sesungguhnya yang engkau minta itu adalah amanah; dan sesungguhnya hal itu di Hari Akhirat adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali yang mengambil/menjabatnya karena layak dan menunaikannya dengan baik dan sempurna. (HR. Muslim, dalam kitab Sahih Muslim, Jilid 6, halaman 6).

Kedua hadis di atas cukup tegas, Nabi menolak permintaan jabatan berdasarkan hubungan kekeluargaan. Termasuk Abu Zar al-Gifari yang dikenal sangat dekat dengan Nabi. Ketika ia meminta jabatan, Nabi dengan tegas menolak permintaan sahabatnya, seolah tanpa beban dengan menunjukkan kelemahan yang dimiliki sahabatnya.

Baca juga : Filosofi Dan Strategi Fathu Makkah

Berani berkata “tidak” kepada orang terdekat, tentu sulit. Tapi Nabi tegas menyatakannya. Ini contoh teramat penting bagi pejabat tinggi yang akan menentukan posisi penting dalam struktur kepemimpinannya.

Nabi tidak pernah mengangkat seorang pejabat berdasarkan kekerabatan atau kolega, tetapi betul-betul berdasarkan profesionalisme. Bukan berarti Nabi tidak mempunyai keluarga atau kolega, tetapi Nabi menyerahkan urusan kepemimpinan itu kepada sebuah mekanisme secara profesional.

Baca juga : Mengaktualkan Peran Sosial Agama

Nabi seolah malu berbicara, sebuah jabatan dihubungkan dengan anggota keluarga. Memang Nabi tidak mempunyai anak laki-laki dewasa karena putranya Ibrahim meninggal saat masih kecil. Akan tetapi, anak pamannya banyak. Hanya, Nabi tidak pernah memberikan jabatan itu karena pertimbangan keluarga.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.