Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menghemat Politik Identitas (12)

Merawat Inklusifisme Islam

Jumat, 26 Agustus 2022 06:36 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Al-Qur’an dan tradisi kenabian sejak awal memperkenal­kan inklusifisme Islam. Nilai-nilai asasi kemanusiaan selalu dijunjung tinggi. Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur (tanzil) membuktikan betapa Al-Qur’an sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun tidak ada yang bisa men­ghalangi Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sekaligus, tetapi memang terasa tidak manusiawi jika dalam waktu sekejap nilai-nilai luhur-universal yang sudah tertanam sekian lama tiba-tiba harus dicabut secara serentak.

Penerapan nilai-nilai Islam dikenal prinsip tadarruj, yaitu penerapan nilai-nilai secara berangsur tahap demi tahap (al-tadrij fi al-tasyri’). Selain itu juga dikenal dengan sedikit demi sedikit (taqlil al-taklif) hingga pada saatnya menjelma menjadi nilai-nilai yang utuh. Proses sosialisasinya pun berusaha menghindari kesulitan (’adam al-haraj). Keutuhan nilai-nilai universalitas Islam dicapai melalui sinergi antara nilai-nilai lokal dengan ajaran dasar Islam.

Baca juga : Mencontoh Piagam Aelia

Dengan demikian, Islam dirasakan sebagai kelanjutan sebuah tradisi yang sudah mapan di dalam masyarakat. Bukannya menghadirkan sesuatu yang serba baru melalui penyingkiran nilai-nilai lokal. Bisa dibayangkan misalnya, bagaimana nilai-nilai lokal Minangkabau yang matriarchal bisa menyatu dengan nilai-nilai Islam yang cenderung patriarchal.

Jika di sana ada kelompok radikal berusaha mengembang­kan Islam ekslusif, yang kemudian menimbulkan kekha­watiran, kecemasan, dan ketakutan, maka di Indonesia ada suguhan Islam inklusif, ditampilkan oleh orang-orang yang penuh kearifan, memahami substansi ajaran, dan dialektika perjuangan Nabi. Pemahaman Islam secara inklusif selalu berusaha menampilkan Islam sebagai ajaran agama yang penuh dengan kasih sayang (rahmah), tolerans (tasamuh), keadilan ('adalah), menekankan aspek pertemuan, titik temu, dan perjumpaan (kalimah sawa'); bukannya menampilakan kekerasan (tasyaddud) dan terorisme (irhab).

Baca juga : Mengikuti Spirit Piagam Madinah

Inklusifisme Islam sesungguhnya juga ramah bagi ling­kungan alam dan lingkungan sosial. Islam yang bisa tegak di atas atau di samping nilai-nilai lokal-kultural, Islam yang memberi ruang terhadap kearifan lokal. Bahkan Islam yang mampu menjadi wadah peleburan (melting pot) terhadap pluralitas nilai dan norma yang hidup di dalam masyarakat. Kehadiran Islam tidak mesti menyingkirkan nilai-nilai lokal setempat.

Meskipun Islam sarat dengan nilai-nilai universal, tetapi konsep universalitasnya tidak tertutup, melainkan terbuka.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.