Dark/Light Mode

Menghemat Politik Identitas (7)

Beriktibar Dari The Founding Fathers

Minggu, 21 Agustus 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Para pendahulu dan perintis berdirinya bangsa NKRI (The Founding Fathers), sepertinya lahir mendahului zamannya. Sulit dibayangkan pemikiran sedemikian bijak lahir di masa itu. Padahal, mereka yang menjadi korban langsung dari ganasnya penjajahan.

Mereka seperti tidak punya dendam sama sekali, mereka juga begitu lapang dadanya menerima perbedaan lalu diramu menjadi sebuah perinsip yang lebih popular dengan “Bhinneka Tunggal Ika”, bercerai berai, berbeda-neda tetapi tetap menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Mereka mampu menghemat politik aliran dan identitas demi suatu tujuan mulai Bersama.

Baca juga : Reformulasi Etika Politik Islam

Kelapangan dada The Founding Fathers bukan hanya di dalam menghadapi tantangan eksternal berupa rongrongan dari negara-negara yang tidak ingin melihat Indonesia bersatu. Akan tetapi yang tak kalah beratnya ialah tantangan internal, sesama para pejuang dan pahlawan bangsa. Sedemikian banyak tokoh merasa paling berjasa dan masing-masing merasa punya hak untuk memasukkan pikiran-pikirannya di dalam menciptakan Indonesia masa depan yang lebih konstruktif, tetapi satu-sama lain mereka penuh tenggang rasa, akhlak karimah, dan tawadhu’. Ini yang perlu diapresiasi oleh para generasi pelanjutnya.

Sebagai contoh, meskipun berasal dari satau daerah, begitu tajam perbedaan pendapat antara Muhammad Yamin dan Muhammad Hatta, tetapi tetap tampil begitu kompak di depan publik. Bung Karno dengan segala kelebihannya tetap memberikan apresiasi kepada semua sahabat seperjuangannya, walaupun harus bersabar menjadi pendengar aktif selama berjam-jam. Ego lokal dan kedaerahan, termasuk perbedaan agama dan aliran bisa diredam demi mewujudhan sebuah harapan: Indonesia Merdeka!

Baca juga : Tidak Ada Kata Politik (Siyasah) Dalam Al-Qur`an

Para The Founding Fathers kita juga belajar dari generasi sebelumnya, terutama kearifan dan ketabahan Wali Songo di dalam mengemban misi suci agama yang diembannya. Tantangan Wali Songo tidak bisa dipandang enteng namun tak satu pun di antara mereka terekam pernah mengeluh dan meninggalkan misi perjuangannya.

Mereka berpencar memainkan strategi da’wah mereka sehingga mereka semua meninggal di tempat yang berbeda. Demikian pula para muridnya, juga meninggal di hampir seluruh belahan bumi nusantara. Jika kita tarik ke belakang, perjuangan Wali Songo tidak seberapa jika disbanding dengan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka bukan hanya menghadapi tantangan geografis yang sangat menantang di gurun pasir, tetapi nyawanya pun betul-betul menjadi ancaman. Hampir separuh sahabat dekat Nabi wafat di ujung senjata tajam di dalam membela panji-panji Islam yang diembannya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.