Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Antara Politik Islam Dan Islam Politik

Sabtu, 1 Oktober 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Terpilihnya K.H. Ma’ruf Amin yang lebih dikenal sebagai Ketua Umum MUI dan Rais ’Am PB NU menarik perhatian publik. Seorang yang dominan sebagai ulama tiba-tiba menjadi umara. Apakah ada yang salah dengan kenyataan ini? Dalam perspektif Islam, mungkin berbeda dengan perspektif agama lain, seorang ulama bisa saja merangkap sebagai umara sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan para Khulafa’ al-Rasyidin.

Baca juga : Memelihara Akhlak Berpolemik

Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat dan sekaligus pemimpin bangsa luar biasa. Bukan hanya selalu sukses dalam medan perang tetapi juga selalu unggul dalam dunia diplomasi. Dalam dunia diplomasi ia seorang diplomat yang kawakan, disegani kawan dan musuh. Di medan perang ia juga sering tampil sebagai panglima angkatan perang dengan sangat mengesankan semua pihak. Ia seolah membawa du­nia diplomasi dan dunia perang yang amat berbeda dengan masyarakat (Arab) sebelumnya.

Baca juga : Agama dan Negara Saling Mendekorasi

Contoh perjuangan diplomasi Nabi ialah memanggil Suhael berdiskusi dengan Nabi. Setelah itu Rasulullah menerangkan kepada para sahabatnya, mengapa perjanjian itu diterima. Pertama pencoretan kata bismillahirrahmanirrahim dan kata Rasulullah memang masalah tetapi lebih besar akibatnya bagi umat Islam jika perjanjian itu ditolak, karena posisi umat Islam masih minoritas. Butir-butir perjanjian itu diterima agar kaum kafir Quraisy Mekah tidak ditahan di Madinah agar tidak ikut membebani ekonomi Madinah yang sudah dibanjiri pengungsi. Sedangkan orang Islam yang dibiarkan ditahan di Mekkah pasti akan berusaha menjalankan politik tertentu untuk memecah belah kekuatan kaum kafir Quraisy di sana. Alhasil, semua prediksi Rasulullah benar dan sahabat kemudian mengagumi kecerdasan Rasulullah SAW.

Baca juga : Mengindonesiakan Pemikiran Keagamaan

Sesungguhnya inilah politik Islam. Terkadang harus mundur selangkah untuk meraih kemenangan. Dalam posisi umat Islam masih minoritas tidak ada cara terbaik kecuali kooperatif dengan keinginan mayoritas, demi menyela­matkan umat. Terkadang juga harus bersabar dan menanti saat yang tepat untuk memulai sebuah strategi baru untuk mencapai kesuksesan menyeluruh. Politik Islam bukan untuk mentolerir jatuhnya korban hanya untuk mencapai kemenangan politik secara simbolis. Kemenangan substan­sial jauh lebih berharga ketimbang kemenangan simbolik. Untuk apa kemenangan simbolik jika substansi Islam tidak bisa diimplementasikan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.