Dark/Light Mode
- Tambahan Gas Dari JTB Amankan Bahan Baku Produksi Petrokimia Gresik 2023
- Borneo FC Vs Persik Kediri: Awas, Macan Putih Ngamuk Lagi!
- Minta Hakim Tolak Pleidoi, Jaksa Nilai Penjara 8 Tahun Pantas Buat Putri Candrawathi
- Kunjungi Ponpes Yatofa di NTB, Anies Disambut Ribuan Santri dan Masyarakat
- Pertamina Targetkan 300 Mobil Tangki di Tahun 2025
Menghemat Politik Identitas (37)
Menghargai Kepemimpinan Perempuan (2)

Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka - Kedua hadis di atas terkesan Nabi membatasi perempuan untuk menjadi pemimpin, namun jika disimak dan didalami konteksnya, justru Nabi memberikan peluang kaum perempuan menjadi pemimpin jika ia mengupayakan kemampuan diri menjalankan fungsi kepemimpinan itu.
Berita Terkait : Menghargai Kepemimpinan Perempuan (1)
Hal ini bisa difahami bahwa Nabi seolah dalam kapasitasnya sebagai pengamat politik yang tahu akibat yang akan terjadi manakala kepemimpinan diberikan kepada orang yang tidak siap. Bukan karena perempuan tetapi karena ketidak siapan putri Raja Kisra Persia mengemban amanat berat itu. Apalagi Nabi tahu persis jika musuh bebuyutannya Romawi Byzantium sedang berada di puncak kekuatan saat itu.
Berita Terkait : Menolak Nepotisme
Seandainya Nabi tegas menolak perempuan menjadi pemimpin maka redaksinya mungkin bukan menggunakan kata seperti di dalam hadis di atas. Nabi tahu peran seorang Khadijah di dalam memimpin perusahaannya Ketika ia masih di Mekah. Nabi tidak pernah memberikan pembatasan kepada isterinya untuk beraktifitas di dunia publik. Nabi bahkan tunduk di bawah inisiatif isterinya untuk mengendalikan perusahaan yang sekian lama ia geluti.
Selanjutnya