Dark/Light Mode
Menghemat Politik Identitas (43)
Mengindonesiakan Pemikiran Keagamaan
RM.id Rakyat Merdeka - Pemikir sejati ialah orang yang mampu melahirkan pemikiran yang bukan hanya valid secara intelektual, tetapi juga mampu mencerahkan dalam suasana kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pemikir sejati juga mampu memiliki dirinya sendiri. Merdeka dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mendapatkan tekanan dari manapun. Namun, pemikir sejati juga harus berpijak di bumi, lalu pemikirannya dapat diaktualisasikan di dalam konteks masyarakat di mana ia berada.
Idealnya, pemikiran keagamaan di Indonesia, apalagi sang pemikirnya sendiri seorang warga bangsa dan masyarakat Indonesia, memberikan dukungan penuh terhadap nilai-nilai yang bisa meningkatkan martabat kemanusiaan dan kebangsaan Indonesia.
Baca juga : Menyikapi Komunitas LGBT (4): Pandangan Fuqaha (2)
Kondisi obyektif warga bangsa Indonesia adalah umat beragama dan pada saat bersamaan mempunyai budaya dan kearifan lokal. Mereka sudah menyelesaikan berbagai persoalan konseptual antara keduanya. Bahkan, nilai-nilai agama dan kearifan lokal sudah mengkristal menjadi sebuah tata nilai bersama yang puncak kristalnya disebut Pancasila.
Sejak awal berdirinya, NKRI membuka diri kepada umat beragama, dari manapun datangnya agama itu. Semua agama dan kepercayaan bebas hidup dalam NKRI.
Semestinya juga setiap agama membuka ruang untuk mengakomodir nilai-nilai lokal keindonesiaan di dalamnya. Keduanya saling mengokohkan satu sama lain. Agama memberikan penguatan terhadap negara dan negara memberikan penguatan terhadap agama.
Baca juga : Menyikapi Komunitas LGBT (4): Pandangan Fuqaha (1)
Kearifan lokal mendandani keduanya sehingga para elite budaya, elit negara, dan elite bangsa sama-sama memiliki tanggung jawab untuk merawat keindahan NKRI. Agama dan NKRI bagaikan satu mata uang yang memiliki sisi yang berbeda. Jika di kemudian hari terdapat pertentangan antara keduanya, maka itu perlu segera diatasi.
Pemikir keagamaan yang berkeindonesiaan amat diperlukan guna mewujudkan Indonesia Tangguh. Pemikir keagamaan yang berkeindonesiaan lebih menekankan keutuhan bangsa, bukannya memperhadap-hadapkan perbedaan-perbedaan yang muncul di dalam masyarakat.
Perbedaan adalah sunnatullah (natural scinces) dan menjadi rahmat tersendiri bagi bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika menjadi motto ideal dan bagaikan jimat yang ampuh untuk daya tahan negeri ini.
Baca juga : Menyikapi Komunitas LGBT (3): Pandangan Teologis
Akhir-akhir ini, nilai-nilai agama seringkali ditampilkan berhadap-hadapan dengan tatanan negara. Gerakan puritanisme atau pemurnian agama tampaknya melahirkan benturan-benturan baru antara tatanan kenegaraan dan apa yang diklaim sebagian orang sebagai ajaran Islam.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.