Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menghemat Politik Identitas (45)

Memelihara Akhlak Berpolemik

Jumat, 30 September 2022 06:38 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Meskipun Pemilu masih lama, tetapi polemik politik di berbagai media sudah mulai ramai. Polemik adalah sesuatu yang wajar dalam sebuah negara demokrasi, tetapi sebagai bangsa yang beradab, yang menyepakati “Kemanusiaan yang adil dan beradab” sebagai salah satu sila dari Pancasila, seharusnya juga kita mengindahkan tata krama di dalam berpolemik. Polemik yang destruktif bisa melemahkan persatuan dan kesatuan umat dan warga bangsa. Polemik tentu saja berbeda dengan diskusi, dialog, dan musyawarah yang dianggap positif di dalam Islam. Polemik yang tidak dikehendaki ialah yang saling menjatuhkan dan melemah­kan satu sama lain dan berakibat “kalah jadi abu menang jadi arang”.

Menarik untuk kita perhatikan apa yang diperingatkan di dalam Al-Qur’an: “Mereka membantahmu tentang ke­benaran sesudah nyata, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). (Q.S. Al-Anfal/8:6).

Baca juga : Agama dan Negara Saling Mendekorasi

Dlam ayat lain dikatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mer­eka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka minta­lah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. Gafir/40:56).

Dalam hadis Nabi juga ditegaskan: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah diberi petunjuk oleh Allah kecuali mendatangi perdebatan”.

Baca juga : Mengindonesiakan Pemikiran Keagamaan

Maksud ayat dan hadis di atas jelas bahwa kita sebaiknya menghindari polemik yang tidak produktif. Contoh polemik yang tidak produktif ialah kebiasaan seseorang untuk selalu mengkritisi, memojokkan, melemahkan, dan menyalahkan setiap gagasan yang muncul dari orang lain. Sungguhpun itu nyata-nyata sudah benar, tetapi kebenaran itu bukan muncul dari dirinya, maka ia berusaha mencarikan celah untuk melemahkannya. Seolah-olah tidak boleh kebenaran itu muncul dari orang lain.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.