Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Menghemat Politik Identitas (45)
Memelihara Akhlak Berpolemik
Jumat, 30 September 2022 06:38 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Meskipun Pemilu masih lama, tetapi polemik politik di berbagai media sudah mulai ramai. Polemik adalah sesuatu yang wajar dalam sebuah negara demokrasi, tetapi sebagai bangsa yang beradab, yang menyepakati “Kemanusiaan yang adil dan beradab” sebagai salah satu sila dari Pancasila, seharusnya juga kita mengindahkan tata krama di dalam berpolemik. Polemik yang destruktif bisa melemahkan persatuan dan kesatuan umat dan warga bangsa. Polemik tentu saja berbeda dengan diskusi, dialog, dan musyawarah yang dianggap positif di dalam Islam. Polemik yang tidak dikehendaki ialah yang saling menjatuhkan dan melemahkan satu sama lain dan berakibat “kalah jadi abu menang jadi arang”.
Menarik untuk kita perhatikan apa yang diperingatkan di dalam Al-Qur’an: “Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). (Q.S. Al-Anfal/8:6).
Baca juga : Agama dan Negara Saling Mendekorasi
Dlam ayat lain dikatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. Gafir/40:56).
Dalam hadis Nabi juga ditegaskan: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah diberi petunjuk oleh Allah kecuali mendatangi perdebatan”.
Baca juga : Mengindonesiakan Pemikiran Keagamaan
Maksud ayat dan hadis di atas jelas bahwa kita sebaiknya menghindari polemik yang tidak produktif. Contoh polemik yang tidak produktif ialah kebiasaan seseorang untuk selalu mengkritisi, memojokkan, melemahkan, dan menyalahkan setiap gagasan yang muncul dari orang lain. Sungguhpun itu nyata-nyata sudah benar, tetapi kebenaran itu bukan muncul dari dirinya, maka ia berusaha mencarikan celah untuk melemahkannya. Seolah-olah tidak boleh kebenaran itu muncul dari orang lain.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya