Dark/Light Mode

Renungan Spiritual Bulan Rajab (4)

Mengontrol Egoisme Spiritual

Sabtu, 4 Februari 2023 06:32 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Aktifitas ibadah dan spiritual yang dilakukan tanpa memperdulikan lingkungan masyarakat di mana ia berada malah dikhawatirkan terjebak dengan apa yang disebut dengan ego spiritual.

Ego spiritual ialah orang-orang yang terlalu mengedepankan hubungan vertikalnya dengan Tuhan tanpa mau tahu lingkungan masyarakat sekitarnya. Bahkan ia cenderung menghindarinya karena seolah-olah dirinya sudah tidak selevel dengan mereka.

Ia mengklaim dirinya sebagai orang-orang kelas atas dalam dunia spiritual. Ia memilih-milih sahabat dan menghindari orang-orang yang justru memelukan perhatian dan kasih sayang serta bimbingan.

Baca juga : “Kalian Mau Ke Mana?”

Jika orang-orang ini dijauhi lantas mereka semakin jauh dengan Tuhan, sementara kita dengan asyiknya beribadah sendirian tanpa kehadiran mereka yang boleh jadi menyita waktu, tenaga, pikiran, dan materi, maka kita termasuk kategori ego spiritual.

Ego spiritual tak ada ubahnya dengan ego duniawi yang lebih menekankan ego individualitasnya. orang-orang seperti inilah yang disebut di dalam Al-Qur'an tidak memiliki bekas-bekas sujud (atsar al-sujud).

Bekas sujud dalam Al-Qur'an bukan dengan sengaja menghitamkan dahi di atas kening seperti dilakukan segelintir orang yang memahami secara tekstual ayat tadi. Atsar sujud ialah komitmen sosial yang tang tinggi dimiliki seseorang sebagai bagian dari penghayatan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.

Baca juga : Makna Spiritual Bulan Rajab

Termasuk juga dalam ego spiritual ialah menikmati pujian orang-orang yang mengaguminya lantaran banyaknya ibadah yang dilakukan. Mungkin ia melaksanakan puasa Senin-Kamis, shalat-shalat rawatib tidak ada yang ditinggalkan, dan zikirnya jalan terus, lalu dengan enteng memandang enteng orang lain yang tidak seperti dengannya.

Amal-amal kebajikannya lebih banyak digunakan untuk mengaktualisasikan diri sehingga orang takjub dan menikmati pujian-pujian mereka. Padahal mungkin yang bersangkutan pada saat yang bersamaan ia meninggalkan aib-aiab dan dosa-dosa langganan yang terus menerus dilakukan. Hanya karena keterampilannya menggunakan topeng-topeng kepalsuan maka ia tidak dipermalukan orang lain.

Jika tidak ada yang memujinya, misalnya dengan mencium tangan atau berbagai macam bentuk kultus lainnya, maka seharian itu kehilangan semangat. Semakin banyak yang memujinya semakin mabuk dengan pujian itu lantas rekayasa dilakukan sedemikian rupa agar orang lain mengaguminya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.