Dark/Light Mode

Sikap Nabi Mengatasi Perbedaan

Rabu, 15 Maret 2023 06:31 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Perbedaan adalah sunnatullah. Perbedaan (diversity) adalah manifestasi keagungan Tuhan. Bagaimana dari Sosok Yang Maha Esa lahir beraneka ragam substansi, esensi, bentuk, sifat, dan warna. Konfigurasi warna-warni dan keragaman ciptaan Tuhan melambangkan keindahan, kekayaan, keluasan, kebesaran, dan keagungan Tuhan.

Meskipun beraneka ragam warna dan bentuk, makhlukmakh luk tersebut tetap merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai makhluk makrokosmos yang terpancar dari Sang Khaliq, yang dalam bahasa tasawuf perenial disebut dengan the oneness of being (wahdatul wujud).

Baca juga : “Masuklah Melalui Pintu Yang Berbeda-beda”

Kemajmukan dari segala sesuatu yang ada tidak mungkin bertentangan atau dipertentangkan dengan kesatuan wujud, karena sebagaimana dikatakan Ibn Arabi, Wahdatul wujud merupakan kesatuan wujud untuk menggambarkan nonentifikasi absolut dan Esensi Tak Terbedakan.

Perbedaan pendapat bagi manusia adalah ba hagian yang inheren dengan kemajmukan ciptaan Tuhan. Dari sinilah Rasulullah pernah mengungkapkan bahwa perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat (ikhtilaf baina ummati rahmah). Al-Qur’an juga sejak awal meng informasikan bahwa komunitas manusia tidak mungkin bisa menjadi suatu kesatuan yang homogen.

Baca juga : Mengeliminir Keserakahan (2)

Jika Tuhanmu menghendaki niscaya Ia akan menjadikan manusia sebagai satu umat” (Q.S. Hud/11:118).

Ayat ini menggunakan huruf lau (pengandaian), bukannya menggunakan huruf possibilitas berupa in atau idza. Dengan demikian dapat difahami bahwa sejak semula manusia disetting untuk menjadi makhluk yang heterogen. Namun, di tengah heterogenitas itu dimungkinkan terbentuknya umat-umat homogen yang dipersatukan oleh suatu visi dan misi khusus dan yang seperti inilah diperintahkan di dalam Qur’an dalam istilah ”umat ideal”/khaira ummah (Q.S. Ali ’Imran/3:104 & 110).

Baca juga : Mengeliminir Keserakahan (1)

Konsep khaira ummah inilah yang menjadi ob sesi besar Rasulullah sejak awal. Kita tahu bahwa komunitas masyarakat tempat Al-Qur’an diturunkan (jazirah Arab) adalah masyarakat qabilah (tribal society).

Dalam masyarakat ini tidak ada civil society karena promosi karier kepemimpinan hanya bergulir di lingkungan orang dalam para raja/penguasa laki-laki. Masyarakat lain dan perempuan tidak mungkin mengakses kepemimpinan dunia publik, sehebat apapun prestasi orang itu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.