Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (4)

Pengalaman Suksesi Nabi

Minggu, 21 Mei 2023 06:04 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Kekagetan politik muncul ketika Nabi wafat. Para sahabat seperti kehilangan kecerdasan mau berbuat apa ketika Nabi wafat.

Mereka tidak mengira Nabi akan meninggal sebegitu cepat sementara para sahabat masih asyik menimbah pelajaran dan pengalaman berharga dari Nabi.

Namun, karena sebagai ma­nusia biasa akhirnya ia wafat persis pada hari, tanggal, dan bulan kelahirannya, yaitu Senin 12 Rabiul Awal tahun 632 M. Ia wafat hari Senin dan baru dikuburkan pada hari Rabu.

Tertundanya pemakaman Nabi selama tiga hari disebab­kan karena dua hal. Pertama, Umar ibn Khaththab berdiri dengan pedang terhunus di samping Nabi dan mengatakan, ‘siapa yang mengatakan Nabi wafat akan aku tebas lehernya’. Begitu dalam cinta Umar ter­hadap Nabi.

Baca juga : Adakah Standar Suksesi Politik Dalam Islam?

Ia mengatakan, Nabi hanya pingsan seperti pingsannya Nabi Musa selama tiga bulan saat menatap sinar Ilahi di Bukit Turisinin. Nabi tidak di­izinkan dikuburkan oleh Umar.

Penyebab kedua, rumitnya persoalan siapa yang akan menjadi pengganti Nabi sebagai kepala pemerintahan dan sebagai pemimpin spiritual.

Alasan lain tertundanya pemakaman Nabi selama 3 hari karena para sahabat kebingungan siapa yang akan menggantikannya jika me­mang Nabi betul-betul me­ninggal.

Sehari setelah Nabi wafat, berkumpullah sekelompok orang di Balai Pertemuan Bani Sa’adah di Bani Tsaqifah membicarakan soal suksesi kepemimpinan pasca wafatnya Nabi.

Baca juga : Situasi Setelah Nabi Wafat

Mendapat laporan seperti ini, maka Abu Bakar bersama Abu Ubadah dari kelompok Muha­jirin menuju ke tempat itu. Di sana sudah ada kelompok suku Khazraj dan suku ’Aus.

Di dalam pertemuan yang cu­kup alot itu, kelompok Anshar mengajukan Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpin baru.

Akan tetapi, Umar menyela di dalam pertemuan itu dan meminta agar pengganti Nabi Muhammad ialah Abu Bakar dengan pertimbangan, Rasu­lullah pernah bersabda:

al-Aimmah min Quraisy (Pera pemimpin itu dari ka­langan Quraisy). Selain itu, Abu Bakar juga selalu diminta Nabi menggantikannya menjadi imam shalat semasa beliau sakit.

Baca juga : Antara Otoritas Agama dan Otoritas Politik

Lagipula, menurut Umar, jika yang menjadi pemimpin dari golongan suku Khazraj belum tentu bisa diterima oleh suku ’Auz, yang selalu men­jadi saingan suku Khazraj di Madinah.

Perdebatan alot tentang siapa yang akan mengganti status Nabi sebagai Kepala Pemerintahan membuat jasad Nabi tertunda dimakamkan sampai hari Rabu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.