Dark/Light Mode

Begal Politik Prabu Salya

Selasa, 13 Juni 2023 05:07 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Begal dimaknai segerombolan orang bekerja sama saling membantu untuk merampas harta benda dan mengganggu orang lain. Seorang begal tidak segan-segan membunuh dan menghabisi korbannya demi melaksanakan maksud dan tujuan mereka.

Dalam cerita mitos, ada kalanya begal berperilaku budiman. Sunan Kalijaga sebelum menjadi wali dikenal dengan sebutan Brandal Lokajaya. Raden Said merasa terganggu dengan maraknya pungutan liar di kalangan pejabat Istana Kerajaan Majapahit. Dengan menyamar sebagai Begal Lokajaya, Raden Said merampas kembali pungutan pajak untuk dikembalikan kepada rakyat miskin.

“Kalau begal politik maksudnya apa, Mo?” tanya Petruk, cengengesan. Romo Semar kurang antusias menanggapi pertanyaan anaknya, Petruk. Romo Semar sedang galau dengan merebaknya perubahan cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia. Tingginya suhu udara memicu munculnya berbagai penyakit. Dan ini merupakan dampak nyata dari kerusakan ekosistem.

Baca juga : Bajul Ijo Resmikan Pemain Slot ASEAN

Kopi pahit dan ubi rebus selalu setia menemani sarapan pagi Ki Badranaya. Udara pagi di Padepokan Klampis Ireng menambah suasana tenteram alam pedesaan. Kepulan asap rokok tingwe membawa ingatan Romo Semar ke zaman Mahabarata, ketika Prabu Salya dibegal oleh Kurawa di perbatasan Kurusetera.

Kocap kacarito, Prabu Salya merasa gagal dan putus asa dengan terjadinya perang saudara antara Pandawa dan Kurawa. Sebagai orang tua, Prabu Salya gagal mencegah terjadinya Perang Baratayuda. Dalam kebimbangan dan keputusasaan, Prabu Salya memilih pulang ke Kerajaan Mandaraka. Prabu Salya memilih pasif diam tidak ikut cawe-cawe atas kemelut yang terjadi di Kurusetera.

Prabu Salya menerima surat undangan dari Nakula dan Sadewa. Keduanya adalah satria Pandawa anak Pandu dari perkawinannya dengan Dewi Madrim. Sedangkan Dewi Madrim adalah adik Prabu Salya. Jadi hubungan antara Prabu Salya dengan Nakula dan Sadewa adalah sebagai paman dan keponakan.

Baca juga : Bahas Kerjasama Politik, Zulhas Sambangi Mega Siang Ini

Isi surat Pandawa kepada Prabu Salya adalah meminta netral dalam pertempuran di Kurusetera. Prabu Salya bergegas menuju ke pesanggrahan para satria Pandawa untuk menemui Nakula dan Sadewa. Dalam hati kecil, sebetulnya Prabu Salya lebih condong kepada Pandawa daripada kepada Kurawa.

Dalam perjalanan menuju pesanggrahan Pandawa, Prabu Salya dihadang oleh Sengkuni dan pasukan dari Hastina. Sengkuni minta dengan paksa Prabu Salya untuk bergabung dengan Kurawa dalam Perang Baratayuda. Bisa saja Salya melawan begal-begal Kurawa. Namun niat itu diurungkan karena Prabu Duryudana mengawasi dari kejauhan.

“Prabu Salya jadi korban begal politik Sengkuni, Mo,” sela petruk, membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Sengkuni dan Kurawa memaksakan kehendaknya,” jawab Romo Semar. Perilaku begal merupakan bentuk keputusasaan seseorang. Sebagai manusia yang beriman jangan pernah mengalami putus asa berkepanjangan.

Baca juga : Dansa Politik Prabowo Makin Bergairah

“Selain itu, orang hidup di dunia jangan menuruti keinginan. Karena yang namanya keinginan merupakan perbuatan dari nafsu kita. Jangan pernah memaksakan diri dalam menghadapi godaan dunia. Penuhilah kebutuhan hidup sesuai yang dikehendaki Tuhan,” jawab Romo Semar, sambil ngeloyor. Oye

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.