Dark/Light Mode
Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (91)
Mencontoh Ketegasan Umar Ibn Abdul Aziz Terhadap Korupsi
RM.id Rakyat Merdeka - Ada dua Umar sebagai khalifah yang patut dicontoh sebagai anti korupsi dalam lintasan sejarah Islam, yaitu Pertama Khalifah Umar ibn Khathab dan kedua Khalifah Umar ibn Abdul ‘Aziz, salahseorang halifah dari Bani Umayyah. Khalifah Umar ibn Khathab sebagaimana diuraikan di dalam dua artikel terdahulu, samasekali tidak memberikan sedikit pun peluang KKN selama menjadi khalifah. Bahkan ia mempunyai kebijakan pemiskinan terhadap koruptor.
Khalifah Umar ibn Abdul Azis lahir pada tahun 63H/682M dengan usia pendek, hanya 35 tahun. Ia wafat karena diracun oleh pembantunya.
Meskipun ia memerintah kurang dari tiga tahun, tetapi berhasil mengembalikan suasana kehidupan masyarakat dan keumatan seperti pada zaman Khulafaurrasyidin.
Baca juga : Mencontoh Ketegasan Umar Ibn Khathab Terhadap Korupsi
Ia khalifah dikenal sangat bersahaja. Ia hanya memiliki satu stel baju kekhalifahan sehingga harus menunggu kering baru bisa digunakan di depan publik.
Ketika dalam keadaan kritis, ia ditanya apa yang engkau akan wasiatkan kepada anak-anakmua. Ia menjawab aku tidak mewasiatkan apa-apa karena aku tidak memiliki apa-apa. “Jika anak-anakku orang saleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan harta itu untuk mendurhakai Allah”.
Sebuah pengalaman menarik yang perlu dicontoh dari Khalifah Umar ibn Abdul Aziz oleh para pejabat publik, pada suatu malam ketika masih menjalankan tugas-tugas pemerintahan di istana, tiba-tiba salah seorang anaknya mengetuk pintu kamarnya untuk membicarakan sesuatu. Sebelum membuka pintu, Umar Ibn Abdul Azis menanyakan kepada anaknya, apakah yang akan dibicarakan itu urusan pribadi keluarga atau urusan Negara.
Baca juga : Mencontoh Ketegasan Nabi Terhadap Korupsi (2)
Sang anak menjawab urusan keluarga. Mendengarkan jawaban itu maka sang ayah langsung mematikan lampu lalu mempersilakan anaknya masuk.
Sang anak bertanya kenapa lampu dimatikan? Dijawab ayahnya bahwa lampu ini dimaksudkan untuk kepentingan negara, bukan untuk kepentingan pribadi.
Yang kita akan bicarakan adalah urusan pribadi makanya itu lampu ini lebih baik kita matika. Sang anak pun mengerti, memahami, dan sekaligus belajar tentang kejujuran.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.