Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (13)

Pengindonesiaan Umat Beragama (2)

Minggu, 29 September 2019 07:48 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Apa yang ditawarkan sebagai standar ajaran pemurnian sesungguhnya belum tentu murni. Apalagi kalau yang dijadikan standard ajaran untuk menilai lebih kental ajaran budaya Timur Tengahnya lebih kental ketimbang ajaran Islamnya.

Contohnya adanya gerakan atau seruan penggunaan cadar atau niqab, yaitu pakaian perempuan yang menutupi seluruh anggota badan kecuali kedua bola mata, penggunaan celana di atas tumit, dan kemestian memelihara jenggot, dan atribut fisik keagamaan lainnya.

Menjadi seorang muslim yang baik tidak mesti harus menyerupakan diri dengan orang-orang Arab. Kita bisa menjadi The Best Muslim tetapi pada saat bersamaan kita tetap menjadi The Best Indonesian.

Baca juga : Perankan Tokoh Agama

Beberapa contoh seruan sudah mirip dengan “ancaman” karena bagi mereka yang tidak mengindahkan ajaran dakwah mereka ditakut-takuti dengan neraka. Kalangan masyarakat sudah mulai bingung, mana sesungguhnya yang benar.

Peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sebaiknya lebih pro-aktif melindungi kepercayaan umat yang sudah mapan. MUI harus berani bicara bahwa suasana keberagamaan dan tradisi keagamaan (Islam) di Indonesia sudah di atas jalan yang benar.

Apalagi dengan kebebasan umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa saat ini sudah sedemikian dilindungi oleh HAM.

Baca juga : Jangan Hipokrit

Semua orang dan golongan bebas mengekspresikan ajaran agama dan kepercayaannya. Lebaran berkali-kali, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, sudah lumrah di Indonesia, meskipun pengalaman seperti ini aneh di mata umat Islam negara lain.

Pemahaman keindonesiaan bagi para generasi muda yang akan menuntut ilmu di luar negeri, baik ke Timur Tengah maupun ke negara-negara Barat, perlu diberikan pembekalan lebih awal.

Tidak sedikit jumlah mahasiswa Indonesia yang ke luar negeri digarap di sana oleh kelompok-kelompok radikal. Begitu mereka pulang ke tanah air, bukannya menyumbangkan ilmu-ilmu spesifik yang digelutinya di Perguruan Tinggi tetapi lebih banyak terlibat di dalam acara-acara keagamaan (tablig).

Baca juga : Menziarahi Non Muslim

Pembekalan nilai-nilai keindonesiaan, antara lain pendalaman pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dan pengenalan falsafah Negara Pancasila perlu diberikan. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.