Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menggapai Kesejukan Beragama (36)

Mengenyampingkan Strategi Liberalisme (1)

Minggu, 3 November 2019 08:21 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Kesejukan beragama tidak bisa dicapai melalui leberalisasi pemahaman agama. Banyak contoh terjadi di sejumlah negara, upaya meng-counter radikalisme dengan cara liberalisasi pemahaman keagamaan hasilnya malah kontraproduktif.

Bukannya kelompok radikal menjadi sepi tetapi bertambah ramai. Yang terjadi adalah kelompok garis keras atau sering disebut radikal melakukan aksinya sebagai reaksi dari kecemasan mereka terhadap gerakan liberalisme.

Akhirnya muncul persoalan baru, yakni kelompok garis keras semakin menabuh gendang jihad untuk menghadapi pemerintah yang dituding menggunakan strategi liberalisme, yang oleh kelompok mainstream non radikal pun mencurigai kelompok liberalisme tersebut.

Baca juga : Mengukur Dosis Deradikalisasi (2)

Kalangan pengamat menilai rujuknya FPI dengan NU di berbagai tempat akhir-akhir ini mempertahankan bagian dari strategi deradikalisasi yang over dosis.Kelompok garis keras khawatir akan terjadi pendangkalan aqidah umat dengan semakin meluasnya gerakan liberal.

Kekhawatiran mereka terlalu jauh membayangkan akan terjadi deislamisasi jika tidak dilakukan proteksi dalam bentuk gerakan. Seiring dengan itu, kelompok-kelompok garis keras juga diduga dipicu dengan maraknya ideologi transnasional.

Terlepas ada atau tidak adanya hubungan ideologi transnasional, perkembangan sains dan teknologi juga memungkinkan kelompok garis keras local mengidentifikasikan diri dengan kelompok yang sama yang ada di luar negeri.

Baca juga : Mengukur Dosis Deradikalisasi (1)

Semakin kuat gerakan liberal semakin kuat pula respons kelompok garis keras melancarkan proteksinya. Karena itu, salah satu upaya untuk meredam semangat dan kekuatan garis keras atau radikal ialah mengatur laju perkembangan masyarakat tanpa kesan kuat terjadinya liberalisasi.

Tentu yang dimaksud liberalisasi di sini bukan hanya liberalisasi pemahaman keagamaan tetapi juga dalam arti luas meliputi ekonomi dan sosial budaya. Deliberalisasi yang terukur bisa menjadi salah satu upaya menekan dan mengeliminir kelompok garis keras atau radikalisme di dalam masyarakat.

Bagi bangsa Indonesia, kedua kelompok ini lebih “membebani” kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, kerena keduanya bukan merupakan watak dasar bangsa Indonesia. Bahkan watak dasar budaya Indonesia ialah menganut sistem kekerabatan dan kekeluargaan. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.