Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (29)

Meninjau Fikih Siyasah (1)

Rabu, 23 Oktober 2019 06:50 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam kitab-kitab kuning, pembahasan tentang fikih siyasah masih di bawah bayang-bayang perjuangan fisik, yang masih dibayangi oleh kekerasan perang antar agama, khususnya Perang Salib yang berlangsung lebih seabad di Kawasan Timur Tengah.

Sesungguhnya sampai saat ini tradisi psikologis itu masih berlangsung, karena kekerasan antara kedua belah pihak yang bertikai di Israel masih tetap bergolak.

Pemandangan kekerasan masih terjadi di wilayah perbatasan Palestina dan Israel. Palestina dan Israel masih bagaikan film animasi yang menceritakan Tom and Jerry. Saling menghancurkan satu sama lain, walaupun tidak pernah ada yang mati.

Baca juga : Ahlan Wa Sahlan Presiden dan Wapres (2)

Mungkin karena itu, kitab-kitab Fikih yang disusun di Timur Tengah belum pernah bergeser dari pembahasan Daral-Harb (Negara Perang), Negara Islam (Dar al-Salam), dan negara yang menjalin perjanjian damai (Dar al-‘Ahd). Kompleksitas pendapat ulama fikih tentang identitas sebuah negara, apakah Dar al-Harb, Dar al-Salam, atau Dar al-‘Ahd, masih tetap menjadi pembahasan penting di dalam kitab-kitab kuning yang disusun di Timur Tengah.

Kita belum melakukan peninjauan, padahal sudah banyak negara yang tidak lagi mengenal istilah Dar al-Harb, karena sudah tidak ada lagi peperangan antar bangsa dan negara.

Indonesia dan kawasan Asia Tenggara sudah tidak lagi relevan mewacanakan sebuah negara Dar al-Harb, yang seolah menjadi bagian yang harus selalu ada di dalam setiap masa.

Baca juga : Ahlan Wa Sahlan Presiden dan Wapres (1)

Akibatnya, buku-buku bacaan sejarah Islam dilukiskan penuh dengan permusuhan terhadap kelompok agama lain.

Akibatnya lebih lanjut alam bawah sadar peserta didik mewariskan rasa dendan dan benci kepada kelompok non-muslim yang pernah terjadi di masa lampau.

Dalam konsep kewarganegaraan masih tetap dicantumkan asal negara dan agama yang hanya bisa mendapatkan pelajaran agama dari guru yang seagama dengannya.

Baca juga : Menyingkap Misteri Sunnatullah

Tidak sedikit para guru agama mengajarkan pela-jaran agama yang bersisi peperangan melawan orang kafir.

Celakanya, orang kafir diidentikkan dengan kelompok non muslim. Tidak sedikit guru agama (Islam) mendramatisasi ayat untuk melahirkan rasa superioritas terhadap agama yang dianut anak muridnya.

Sebagai contoh, di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang turun berkaitan dengan perang yang memang hampir setiap hari berkecamuk, terutama setelah Nabi pindah ke Madinah. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.