Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Muhammadiyah Idul Fitri 31 Maret 2025, Tahun Depan Beralih Dari Hisab Ke KHGT
- Kemenag Resmikan Program Beasiswa Zakat, Dorong Mustahik Lebih Berdaya
- Penerbangan Di Bandara Heathrow Inggris Sudah Mulai Pulih
- Legenda Tinju Dunia Big George Meninggal Dalam Usia 76 Tahun
- Siapkan 30 Ribu Rumah Nakes, Menteri PKP Rajin Tebar Rumah Subsidi

Prof. Dr. Ermaya Suradinata
RM.id Rakyat Merdeka - Demokrasi Pancasila merupakan prinsip dasar negara Indonesia yang menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama. Namun, di tengah dinamika globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang cepat, terdapat berbagai ancaman yang dapat mengganggu fondasi demokrasi ini.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk mewaspadai berbagai potensi ancaman terhadap Demokrasi Pancasila. Salah satu ancaman utama terhadap Demokrasi Pancasila adalah dominasi kepentingan politik dan ekonomi dari pihak asing. Di mana masuknya modal politik atau pengaruh eksternal dapat mempengaruhi keputusan politik di dalam negeri, dan mengaburkan batas antara kepentingan nasional dan asing.
Baca juga : Pemerintahan Prabowo: Sinergi Dan Merajut Dengan Megawati, SBY, Jokowi Untuk Kesuksesan
Bersamaan pula potensi pengaruh budaya asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, merupakan tantangan yang perlu dihadapi. Penyebaran budaya konsumerisme yang tidak terkendali, atau glorifikasi gaya hidup dari luar negeri, dapat mengancam kesetaraan sosial dan memengaruhi identitas budaya masyarakat Indonesia. Jika nilai-nilai luar negeri lebih dominan daripada nilai-nilai lokal, hal ini dapat menyebabkan hilangnya jati diri bangsa Indonesia.
Sehingga identitas kebangsaan Indonesia, yang dibangun di atas pijakan kebhinekaan dan kesatuan, telah menjadi fondasi yang teguh bagi negara ini –justru bisa rapuh. Maka era globalisasi yang dipenuhi oleh dominasi budaya asing, karuan saja menjadi risiko pengikisan identitas ini yang semakin nyata. Padahal Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan keanekaragaman budaya. Dari Sabang hingga Merauke, kita menyaksikan keberagaman adat istiadat, bahasa, dan tradisi yang memperkokoh keberagaman sebagai salah satu kekayaan terbesar bangsa ini.
Baca juga : Tantangan Demokrasi Pancasila Menuju Indonesia 2045
Namun, ketika budaya asing mengambil alih panggung, ada ancaman bagi keberlanjutan keberagaman ini. Ketimpangan antara budaya lokal dan budaya asing dapat menimbulkan disonansi dalam kehidupan masyarakat. Bagaimanapun juga dominasi budaya asing memiliki potensi untuk mengubah perilaku, gaya hidup, dan nilai-nilai masyarakat Indonesia. Popularitas media massa asing dan platform digital telah mengubah preferensi konsumsi hiburan dan informasi dari budaya lokal ke budaya asing. Dampaknya, minat terhadap seni, tradisi, dan bahasa lokal menurun.
Sementara itu di sektor ekonomi, dominasi budaya asing juga berdampak pada pola konsumsi masyarakat. Munculnya merek-merek internasional dan budaya konsumerisme yang diperkenalkan oleh budaya asing dapat mengurangi nilai kesederhanaan dan kebijaksanaan lokal. Akibatnya, produk dan gaya hidup lokal menjadi kurang diminati, yang mengancam kelangsungan industri kreatif dan tradisional di Indonesia.
Baca juga : Hikmah Demokrasi Dalam Perspektif Pancasila
Dampaknya terhadap identitas kebangsaan juga terlihat dalam ranah politik dan sosial. Jika nilai-nilai luar negeri mendominasi nilai-nilai lokal, masyarakat Indonesia mungkin mengalami kebingungan identitas dan kurangnya rasa kebangsaan. Hal ini berpotensi menyebabkan polarisasi sosial dan konflik antarkelompok masyarakat, yang mengancam persatuan dan stabilitas bangsa.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya