Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Isu-isu Islam Kontemporer (18)

Perempuan dan Ulil Amr (2)

Sabtu, 11 Januari 2020 06:40 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Belum lagi peran politik sejumlah perempuan di samping para suaminya yang banyak dikisahkan di dalam Al-Qur’an. Yang paling dekat dengan kita ialah peran publik Khadijah dan Aisyah, isteri Nabi yang sedemikian besar menunjang kesuksesan karier Nabi Muhammad SAW.

Mengenai ayat yang disinggung di atas, Tim Penerjemah Departemen Agama telah merefisi pengertiannya, bukan lagi ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” tetapi sudah diganti menjadi ”Kaum laki-laki itu adalah pendamping bagi kaum wanita”.

Baca juga : Perempuan dan Ulil Amr (1)

Bandingkan dengan terjemahan Yusuf Ali menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris dengan: man are the protectors and maintainers of women (laki-laki adalah pelindung dan pemelihara bagi perempuan).

Jika diartikan ”pemimpin” seolah-olah pola relasi laki-laki dan perempuan atau suami dan istri adalah relasi struktural, laki-laki berada di atas dan memimpin dan perempuan berada di bawah dan dipimpin. Akan tetapi jika diartikan ”pendamping” maka pola relasi antara keduanya adalah relasi fungsional, saling melengkapi satu sama lain.

Baca juga : Antara Ulil Amr dan Ahl Halli Wa Al-`Aqd (4)

Ini lebih sesuai dengan kata berikutnya ”oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mer-eka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.

Mengomentari ayat ini, Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar-nya tidak memutlakkan kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan. Alasannya karena ayat ini menggunakan kata: bima fad-ldlalallahu ba’dhahumala ba’dhin, bukannya menggunakan kata bima fadldlalahumalaihinna atau bitafdli-lihimalaihinna yang intinya yang lebih tegas menunjuk laki-laki mempunyai kelebihan di atas perempuan.

Baca juga : Antara Ulil Amr dan Ahl Halli Wa Al-`Aqd (3)

Dengan demikian, menurut beliau, tidak mutlak dan tidak selamanya laki-laki memiliki kelebihan di atas perempuan. Ini artinya juga tidak mutlak laki-laki harus menjadi pemimpin.

Ayat ini juga tidak dapat dijadikan dasar menolak kepemimpinan perempuan, karena ayat ini hanya untuk menjelaskan suatu kasus keluarga (rumah tangga) yang diadukan kepada Rasulullah, lalu ayat ini turun sebagai jawaban untuk menyelesaikan kasus tersebut. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.