Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Alam bawah sadar masyarakat, khususnya umat Islam, masih sulit membersihkan citra subordinasi perempuan, karena Al-Qur’an dan hadis lebih banyak menjadikan perempuan sebagai obyek daripada subyek pembicaraan. Namun, jika kita mau mendalami konteks dan teks Al-Qur’an dan hadis secara kritis maka sesungguhnya citra image seperti itu tidak perlu terjadi.
Al-Qur’an dan hadis diturunkan di dalam masyarakat yang patriarchal, maka tentu saja Tuhan dan Rasulullah harus menggunakan bahasa-bahasa yang hidup di masanya jika pesan-pesannya akan diterima, tidak terkecuali dengan menggunakan bahasa patriarki.
Baca juga : Perempuan dan Ulil Amr (2)
Tetapi sekali lagi, semangat umum Al-Qur’an tidak boleh direduksi dengan metode analisis teks yang kaku, karena yang lebih penting ialah apa sesungguhnya yang dituju dengan teks itu.
Terkadang sebuah teks menggunakan bentuk patriarki tetapi mempunyai pesan egaliter dan keadilan. Kita tidak bisa mengukur pesan keadilan sebuah pesan hanya melalui analisis bahasa semata, karena setiap bahasa pasti di belakangnya ada pengaruh kultur.
Baca juga : Perempuan dan Ulil Amr (1)
Al-Qur’an dan hadis menggunakan bahasa Arab karena pada adres pada masa awalnya adalah bangsa Arab yang menggunakan bahasa Arab. Kebetulan bahasa Arab, sama dengan kelompok bahasa Semit lainnya seperti Hebrew, Suryani, dan Qibti, sangat kental dipengaruhi kultur patriarki. Jadi bukan Tuhan yang menurunkan kitab suci yang bias jender tetapi bahasa yang digunakannya yang bias gender.
Kita bisa melihat pesan umum Al-Qur’an, yang tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan jenis kelamin, etnik, dan suku bangsa. ”Yang paling mulia di sisi-Ku ialah orang-orang yang paling bertaqwa” (Q.S. Al-Hujrat:13).
Baca juga : Antara Ulil Amr dan Ahl Halli Wa Al-`Aqd (4)
Yang tak kalah pentingnya, Al-Qur’an memberikan pesan umum bahwa tidak mesti harus menjadi atau menyerupai orang Arab untuk menjadi muslim terbaik. Kita bisa tetap mempertahankan keindonesiaan kita tetapi pada saat bersamaan kita bisa menjadi the best muslim.
Keterangan di atas dijadikan alasan untuk menerima perempuan sebagai Kepala Negara dan kapasitasnya sebagai Ulil Amr dapat diselesaikan dengan anggapan bahwa kepemimpinan saat ini tidak lagi tunggal tetap kolektif, di mana pasti ada kaum laki-laki di dalamnya. ***
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya