Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jangan Menganggap Enteng Sanksi Spiritual (2

Minggu, 3 Mei 2020 05:32 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagaimana bisa berharap shalat bisa diterima dan doa dikabulkan kalau energi yang menggerakkan badannya dan kedua tangannya berdoa berasal dari nutrisi yang haram.

Bagaimana bisa berharap haji mabrur jika biaya ongkos naik haji (ONH) diperoleh dari harta benda yang tidak halal. Bagaimana seseorang bisa berharap pembersihan dari air yang kotor.

Baca juga : Berbaik Sangka Terhadap Musibah

Dalam tradisi pesantren, harta yang haram tidak akan mendatangkan berkah di dalam pencarian ilmu pengetahuan. Bagaimana mungkin seseorang bisa lancar menghafal Al-Qur’an atau pelajaran sementara yang mengalir di dalam dirinya berasal dari harta yang haram.

Dalam filosofi keilmuan pesantren terkenal dengan semboyan: Al-‘ilm nur wa nurullah la yuhda lilashi (ilmu itu cahaya dan cahaya tidak akan masuk di dalam dada yang gelap karena dosa).

Baca juga : Menanti Keajaiban Ramadhan (3)

Dalam hadis ditegaskan: Kullu lahmin nabata min haramin fan naru aula bih” (semua daging yang tumbuh dari harta yang haram hanya akan bisa dibersih-kan oleh api neraka). Seringkali kita terkecoh dengan gemerlapnya syubhat dan harta haram, padahal di balik kegemerlapan itu tersembuyi kegelapan yang siap menu-tupi mata hati.

Nabi membayangkan bahwa: “Setiap kali dosa bertambah setiap itu pula bertambah bintik hitam yang menutupi hati nurani”.

Baca juga : Menanti Keajaiban Ramadhan (2)

Sehingga pada saatnya orang yang membiasakan diri hidup di dalam dunia kesyubhatan, apalagi dunia haram, maka ia terancam dengan “penyakit kalbu yang kronis” (fi qulubihim maradh) dan pada saatnya akan sampai kepada puncaknya, “hatinya terkunci mati” (khatamallah ‘ala qulubihim).

Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an: “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Q.S. Al-Baqarah/2:7)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.