Dark/Light Mode

Berbaik Sangka Terhadap Musibah

Kamis, 30 April 2020 04:16 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Al-Quran dan hadis merupakan salah satu sumber paling bijaksana di dalam menjelaskan fenomena sekaligus solusi musibah, bala, atau azab yang seringkali menimpa manusia.

Mushibah adalah ujian yang ditimpa kan kepada hamba Tuhan, baik yang saleh maupun para pendosa. Bala adalah bagian dari musibah yang lebih bersifat individual dan mechanical dan biasanya sebagai akibat dari kelalaian dan kecerobohan manusia.

Sedangkan ‘adzab adalah siksaan yang ditimpakan kepada para pendosa dan pendurhaka yang melampaui batas dan biasanya hanya menimpa kaum kafir dan tidak ditimpakan kepada hamba Tuhan yang beriman, seperti berbagai azab yang pernah ditimpakan kepada para musuh nabi-nabi terdahulu.

Baca juga : Menanti Keajaiban Ramadhan (3)

Mushibah dan ‘adzab berbeda menurut Al-Qur’an dan hadis. Mushibah lebih berkonotasi positif, yakni untuk menguji ketebalan iman hamba-Nya sebagaimana difirmankan dalam Al Qur’an: “(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. (Q.S. Al-Mulk/67:2).

Dalam ayat lain disebutkan: “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan ta nganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (Q.S. Al-Syura/42: 30).

Bahkan dalam sebuah hadis shahih di riwayatkan dari Imam Al-Bukhari dari Abi Hurairah, Nabi bersabda: “Tidaklah seorang muslim ditimpakan kelelahan, penyakit kronis, phobia, kesedihan, bahaya, kesusahan hingga stres yang mencemaskannya melainkan semuanya itu berfungsi sebagai pengampunan dosa”. (HR Al-Bukhari, Al-Turmudzi dan Ahmad).

Baca juga : Menanti Keajaiban Ramadhan (2)

Dalam hadis lain, Nabi bersabda: “Jika Allah berkehendak positif terhadap hamba-Nya, maka Dia akan mendahulukan siksaan terhadapnya di dunia. Dan jika Allah berkehendak negatif kepada hamba-Nya maka siksaan akibat dosa-dosanya ditunda sampai ke hari akhirat. (HR. Turmudzi dari Anas).

Hikmah di balik musibah yang dialami berfungsi sebagai pencuci kegelapan masa lampau seorang hamba, sehingga semoga di akhirat kelak dianggap lunas, tanpa harus mengalami proses pembersihan di neraka jahannam. Sedangkan ‘adzab lebih berkonotasi negatif dan hanya akan ditimpakan kepada umat terdahulu.

Kita pantas berterima kasih dan selalu bersalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena salah satu di antara dua doanya yang kabulkan Allah SWT ialah: “Ya Allah janganlah menimpakan azab terhadap umatku sebagaimana umat-umat terdahulu”.

Baca juga : Menanti Keajaiban Ramadhan (1)

Dengan berpegang pada hadis, maka berbagai becana yang melanda kita selama ini pastilah itu bukan ‘adzab melainkan mushibah dan ujian serta pembelajaran bagi kita untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Musibah hadir unutk dijadikan pelajaran (lesson learning) agar manusia mau mengevaluasi perjalanan hidupnya, supaya hidupnya lebih produktif dan lebih produktif, seraya menyadarkan dirinya ada kekuatan Yang Maha Dahsyat berkuasa di luar dirinya.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.