Dark/Light Mode

Menanti Keajaiban Ramadhan (2)

Minggu, 26 April 2020 05:28 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pasukan Salib dikalahkan di Baibars, Ramadlan 675 H, beberapa negara islam memperoleh kemerdekaan dari penjajah dalam bulan Ramadlan, termasuk Negara Republik Indonesia, memproklamirkan kemerdekaannya dalam bulan Ramadlan yang bertepatan dengan 17 Agustus 1945.

Dan sejumlah pusat kerajaan lokal di kepulauan Nusantara menyerah kepada sIstem pemerintahan yang bercorak Islam (sulthan), termasuk di antaranya Kerajaan Bone Sulawesi Selatan, kerajaan terakhir di kawasan Timur Indonesia menyerah ke pemerintahan baru bercorak yang Islam.

Peristiwa demi peristiwa yang menakjubkan di atas tentu bukan hanya terjadi di masa lampau tetapi juga akan terjadi pada diri kita terutama yang meyakini puasa sebagai bagian dari rahmat dan hidayah Allah SWT.

Baca juga : Menanti Keajaiban Ramadhan (1)

Rasulullah SAW sendiri menunjukkan banyak hikmah di balik puasa, termasuk di antaranya ialah memelihara kesehatan, sebagaimana dalam hadisnya: shumu tashihhu (berpuasalah kalian supaya sehat).

Para dokter juga melihat kebenaran pernyataan Rasulullah tersebut. Ini membuktikan bahwa setiap perintah Tuhan pasti mempunyai hikmah positif bagi manusia. Tidak mungkin Allah SWT menurunkan suatu kewajiban di luar ambang batas kemampuan hambanya.

Tujuan utama umat islam melakukan amaliah Ramadhan, khususnya melaksa nakan puasa, ialah untuk meraih ketaqwaan, suatu derajat paling tinggi di mata Allah SWT, sebagaimana disebutkan di dalam ayat di atas.

Baca juga : Isu Mayoritas dan Minoritas

Kata taqwa tidak ditemukan padanan lebih tepat di dalam bahasa Indonesia. Karena itu, kata taqwa sudah menjadi bahasa Indonesia, yang pengertiannya kombinasi antara takut, segan, dan cinta.

Taqwa tidak identik dengan takut, karena Allah SWT tidak selamanya harus didekati dengan pendekatan takut, tetapi lebih dominan dengan pendekatan cinta. Bertaqwa kepada Allah tidak mesti hanya berarti takut kepada Tuhan tetapi mungkin juga berarti cinta dan respek kepada Tuhan.

Pengosongan hati dari sifat tercela seperti itba’ al-hawa (mengikuti hawa nafsu), ujub (membanggakan diri), riyaa (pamer dalam ibadah) sum’ah ( mendengar-dengarkan amalannya), takabbur (sombong ), thama’ (rakus), hasud (dengki), hiqd (dendam) dan hub al-dunya (cinta dunia berlebihan).

Baca juga : Bertawashul Melalui Kekuatan Ramadhan (2)

Kemudian menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji seperti syukur, ridha, sabar, qanaah (merasa cukup dengan pemberian Allah), zuhud, tawakkal, dan ikhlas merupakan wujud dari ketakwaan yang sebenarnya yang nantinya memancar melalui perkataan, perbuatan, dan kebijakan seseorang. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.