Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kuncinya Di Tangan TNI Dan Polri

Rabu, 27 Maret 2019 06:11 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Apakah Pemilu 2019 punya potensi untuk ribut, bentrok fisik, bahkan ... ? Pertanyaan ini sudah viral ke mana-mana. Ya, rupanya tidak sedikit masyarakat yang mulai waswas dan ketakutan.

Hal ini, antara lain, karena semakin gencarnya viral beragam informasi/hoaks yang setiap menit bisa akses melalui medsos. Kementerian Komunikasi dan Informatika mengaku sudah ribuan website yang ditutup karena konten hoaks yang disebarluaskan yang dikhawatirkan dapat meracuni kepala publik.

Tapi tidak disebutkan ada berapa puluh ribuh konten internet jahat yanjg berseliweran selama 5-6 bulan terakhir. Hoaks memang musuh utama Pemilu 2019. Harian nasional terkemuka, Kompas, pun tidak luput dari serangan hoaks sehingga membuat pimpinannya sibuk melancarkan bantahan demi bantahan.

Baca juga : Kasus Siti Aisyah Jangan Digoreng

Survei opini yang dilakukan Kompas dengan hasil yang berbeda dengan hasil survei lain-lainnya dengan cepat digiring ke satu pertanyaan yang nakal: Apakah Kompas sudah berubah haluan gara-gara pergantian Pemimpin Redaksi belum lama ini?

Menyeberangnya Erwin Aksa ke kubu 02 juga sempat diviralkan ke macam-macam interpretasi. Bukankah Erwin masih kerabat dekat Pak JK yang selama ini dikenal tetap setia mendukung Jokowi? Apakah hal ini pertanda mulai terjadinya perpecahan dalam tubuh Golkar?

Hoaks ibarat binatang yang kerap susah dibunuh. Namun, jika dibiarkan terus bergentayangan dengan frekuensi tinggi , publik bisa “jatuh cinta” dan tanpa sadar ikut-ikutan jadi agen untuk menyebarluaskannya.

Baca juga : Robertus, Kebebasan Yang Kebablasan

Seperti kata Lenin, Bapak Pendiri Uni Soviet, propaganda hitam atau berita burung yang tidak cepat dibantai habis, lama-kelamaan akan dipercaya oleh masyarakat; lama-kelamaan informasi itu akan diterimanya sebagai satu kebenaran.

Kubu 01 dan 02 saat ini sama-sama kerap jadi korban hoaks; sama-sama merasa dirugikan. Apakah kedua kubu, disadari atau tidak, juga ikut-ikutan melemparkan hoaks ke publik, saya tidak tahu sebab dalam situasi peperangan (jangan lupa: politics is war), perang informasi kerap sulit dideteksi asal-usul dan sumbernya.

Tapi, tidak mustahil ada juga pihak ketiga yang mengambil kesempatan untuk kepentingan tertentu. Bahwa potensi konflik pada Pemilu bulan depan bukan isapan jempol, hal ini bisa dibaca dari pernyataan sejumlah petinggi aparat keamanan.

Baca juga : Trust Menghambat KTT Trump-Jong Un

Beberapa hari yang lalu TNI menggelar apel kesiapan pengamanan Pemilu 2019 di Halim Perdanakusuma. Sekitar 100.000 personel TNI, Polri dan komponen masyarakat ikut ambil bagian dalam apel itu. Apel dipimpin Menteri Koordinator Polhukam, dihadiri antara lain oleh Panglima TNI, Kapolri, Ketua KPU dan Ketua Bawaslu.

Jenderal TNI (purn) Wiranto secara eksplisit mengemukakan terdapat indikasi kuat tentang ancaman dan gangguan terkait pemilu bulan depan. Maka, ia memerintahkan segenap aparat keamanan untuk tidak ragu mengejar dan menangkap semua perusuh yang mengganggu pelaksanaan Pemilu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.