Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pelajaran Dari Kasus Baasyir

Kamis, 24 Januari 2019 07:30 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebagai dosen Teori Komunikasi, saya kerap ditanya mahasiswa, terutama mahasiswa pascasarjana, kapan pemimpin harus bicara dengan konteks rendah (low context) dan kapan dengan konteks tinggi (high context). Jawaban saya, tergantung beberapa faktor.

Pertama, bobot dari permasalahannya: kontroversial atau tidak, sensitif atau tidak permasalahannya. Kedua, pada forum apa pemimpin itu berbicara, tertutup atau terbuka. Ketiga, kegentingan di kalangan publik. Artinya, publik sudah tidak sabar mendengar pendapat pemimpin. Apakah publik sudah tidak sabar menantikan pendapat pemimpin; atau biasa-biasa saja ekspektasi mereka. Keempat, seberapa besar penguasaan Anda sebagai pemimpin terhadap permasalahan yang hendak dijelaskan kepada publik.

Baca juga : Tanda-tanda Main Kotor Dalam Pemilu

Jika permasalahan yang disinggung temasuk “kaliber” berat, dalam arti sangat kontroversial, dan sangat sensitif (seperti masalah yang berbau SARA), pemimpin tentu harus ekstra hati-hati dan dengan pertimbangan matang sebelum mengeluarkan pendapatnya.

Dalam hal ini, mengeluarkan pernyataan yang bersifat konteks rendah sebaiknya dipertimbangkan masak-masak. Lebih aman jika komunikasi pemimpin menukik ke konteks tinggi. Forum atau panggung juga mempengaruhi sikap pemimpin dalam berkomunikasi.

Baca juga : Bukan Debat, Hanya Klarifikasi

Jika forumnya terbuka (misalnya, di depan wartawan dalam jumlah besar), pemimpin harus lebih berhati-hati. Namun, jika permasalahannya sudah “genting”, pemimpin harus berani tampil dengan sikap low context, bicara apa adanya, tegas, meski tetap hati-hati. Konteks rendah harus betul-betul diimbangi dengan penguasaan materi permasalahan.

Jika Anda sejujurnya kurang menguasai permasalahannya, bicara dengan konteks rendah kadang-kala membawa akibat fatal, bahkan bisa “bunuh diri”!

Baca juga : Upaya Mendiskreditkan TNI

Jika ada situasi yang bersifat SOS terkait dengan permasalahan yang ingin Anda katakan sehingga publik sudah lama menanti-nantikan pendapat dan sikap Anda sebagai pemimpin, pakailah konteks rendah, jangan bicara putar-patar atau dengan bahasa ambigu!

Masaalah pembebasan Abu Bakar Ba’asyir, terpidana yang dihukum penjara 15 tahun karena terbukti melakukan tindak pidana terorisme, jelas masalah yang amat peka.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.