Dark/Light Mode

Angka Golput Pemilu 2019 Bakal Melonjak

HASYIM ASY’ARI : Pemilu Serentak Akan Mendorong Partisipasi

Rabu, 6 Februari 2019 10:29 WIB
Angka Golput Pemilu 2019 Bakal Melonjak HASYIM ASY’ARI : Pemilu Serentak Akan Mendorong Partisipasi

 Sebelumnya 
Jika capres-cawapres yang bertarung saat ini hanya terus-terusan melemparkan isu receh yang tidak bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, maka banyak pengamat politik memastikan angka golput pada Pemilu 2019 bakal bertambah besar. Pertarungan capres-cawapres ini menjadi penentu karena pemilu legislatif dan pilpres kali ini diselenggarakan secara serentak. Berikut ini pernyataan Haris Azhar, mantan Koordinator Kontras yang kerap menggembar-gemborkan serta mengajak untuk golput ketika tak ada calon pemimpin yang bisa mewakili kepentingan masyarakat. Pernyataan Haris Azhar ini disarikan dari beberapa pertemuan wawancara dengan Rakyat Merdeka. Untuk mengimbangi pernyataan Haris, diwakili lewat komisioner KPU Hasyim Asy’ari. Berikut pernyataan lengkap keduanya;

Berdasarkan hasil penelitian, tren angka golput setiap pemilu terus meningkat dari pemilu ke pemilu. Bagaimana pandangan KPU soal ini? 
Belakangan muncul atau dimunculkan isu golput dalam Pemilu 2019. Ada dua penjelasan tentang perilaku tidak memilih, atau non voting-behavior tersebut. Pertama, pendekatan psikologis, sosiologis dan desain kelembagaan pemilu. Untuk pendekatan psikologis dan sosiologis, kami bisa menjelaskan, tapi analisis sebaiknya dilakukan oleh ahli yang melakukan riset. 

Baca juga : HARIS AZHAR : Golput Naik Ketika Ada Calon Petahana

Kenapa begitu? 
Aspek psikologis dan sosiologis bukan ranah KPU, tapi ranah partai dan calon. Karena ini menyangkut kepercayaan pemilih terhadap profil calon, visi-misi, dan program dalam kampanye. Ini menjadi tantangan peserta pemilunya, supaya tampil lebih meyakinkan kepada pemilih, agar pemilih hadir memilih peserta pemilu itu 

Lalu apa pendekatan yang kedua? 
Pendekatan kedua adalah pendekatan dengan desain kelembagaan pemilu. Kami sebagai KPU dapat menjelaskan, dan menganalisis dengan menggunakan pendekatan desain kelembagaan pemilu ini. 

Baca juga : HASYIM ASYARI : Proses Pemilu Hancur Itu Maksud Delegitimasi

Bagaimana analisis KPU berdasarkan pendekatan ini? 
Menurut pendekatan ini, dalam sistem pemilu proporsional, partisipasi pemilih itu cenderung tinggi, ketimbang pada sistem pemilu kursi tunggal (single member constituency). Kami yakin Pemilu 2019 yang didesain serentak antara pilpres (single member constiuency), dengan pemilu DPR dan DPRD (sistem proporsional). Artinya, desain pemilu serentak akan cenderung mendorong partisipasi pemilih tinggi. 

Kenapa begitu? 
Karena menurut pandekatan ini, perilaku tidak memilih cenderung terjadi bila pemilu terpisah antar daerah, atau terlalu sering. Maksudnya karena frekuensi pemilihannya terjadi bertubi-tubi. Dalam konteks ini, desain Pemilu Serentak 2019 kami yakini dapat mendorong tingkat partisipasi yang tinggi, atau perilaku tidak memilih yang rendah. 

Baca juga : NOVEL BAMUKMIN : FPI & NU Sama Hanya Dalam Masalah Kultur

Berapa target tingkat partisipasi pemilih pada 2019 ini? 
Kalau target KPU untuk Pemilu 2019 ini tingkat partisipasi pemilih adalah 77,5 persen. Waktu 2014 kan tingkat partisipasinya 75,11 persen. [NDA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.