Dark/Light Mode

Obat Mudah Diakses

Jangan Panik, Angka Kematian Mycoplasma Pneumonia Lebih Rendah Dibanding Covid

Rabu, 6 Desember 2023 21:28 WIB
Ilustrasi anak penderita Mycoplasma pneumonia (Foto: Kemenkes)
Ilustrasi anak penderita Mycoplasma pneumonia (Foto: Kemenkes)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dokter Spesialis Anak di RS Cipto Mangunkusumo dr. Nastiti Kaswandani menegaskan, tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan tingkat fatalitas karena Covid-19.

“Apabila dibandingkan dengan Covid-19, tingkat keparahan maupun mortalitas (kematian) akibat Mycoplasma pneumoniae cenderung lebih rendah. Hanya 0,5 sampai 2 persen. Itu pun dialami oleh mereka yang memiliki penyakit komorbid,” kata dr. Nastiti, seperti dilansir situs resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (6/12/2023).

Karena itu, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sering disebut sebagai walking pneumonia.  Lantaran gejalanya yang cenderung ringan, sehingga pasien tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Cukup dengan rawat jalan.

Baca juga : WHO Minta RI Waspada

“Anaknya cukup baik kondisi klinisnya, sehingga masih bisa beraktivitas seperti biasa. Makanya, sebagian besar kasusnya bisa dilakukan rawat jalan, pemberian obatnya secara minum, dan anaknya bisa sembuh sendiri,” jelas dr. Nastiti

Sementara itu, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Prof. Erlina Burhan menjelaskan, pneumonia akibat bakteri mycoplasma bukan penyakit baru. Bakteri penyebab peradangan akut pada paru ini telah ditemukan sejak lama, kurang lebih pada tahun 1930-an.

Namun, pneumonia jenis ini menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia, lantaran bakteri Mycoplasma pneumoniae diduga telah menyebabkan lonjakan kasus pneumonia di China Utara dan Eropa. Mayoritas menyerang anak-anak.

Baca juga : KTNA Kerahkan Petani Dukung Program Kementan Optimalisasi Lahan Rawa

Berhubung bukan penyakit baru, pengobatan untuk Mycoplasma pneumoniae tidak susah dicari. Dapat diakses dengan mudah di Puskesmas, dengan menggunakan BPJS Kesehatan.

“Makanya, masyarakat tidak perlu panik, karena penyakit ini sudah lama ditemukan di Indonesia,” kata Prof. Erlina.

Menurutnya, yang terpenting dilakukan saat ini adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, masyarakat juga perlu mengikuti prosedur kesehatan seperti yang direkomendasikan WHO dan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) untuk menurunkan risiko penyakit pernapasan.

Baca juga : Kemenkes: Masyarakat Jangan Panik Sikapi Pneumonia Di China

Antara lain, dengan melakukan vaksinasi - terutama pada anak-anak -, menjaga jarak dengan orang sakit, tidak bepergian saat sakit, pergi ke dokter dan mendapatkan perawatan bila dibutuhkan, memakai masker, memastikan kualitas ventilasi baik dan rutin cuci tangan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.