Dark/Light Mode

Semarak FSAI 2021

Jaimen Hudson, Keterbatasan Fisik Tak Halangi Berkarya

Rabu, 23 Juni 2021 22:16 WIB
Jaimen Hudson, Aerial photographer and videographer dari  Esperance, Western Australia. (Foto Paul Yoanda/RM.id)
Jaimen Hudson, Aerial photographer and videographer dari Esperance, Western Australia. (Foto Paul Yoanda/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Keterbatasan fisik, tak membuat Jaimen Hudson berhenti berkarya. Dari kursi rodanya, dia berhasil membuat film bertema kehidupan liar di bawah laut berjudul "From Sky to Sea". Film itu akan jadi film penutup di gelaran Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2021 Minggu, (27/6) pukul 20:30 WIB.

Rabu pagi (23/6), dalam kegiatan "Masterclass: Pembuatan Film Dokumenter dan Drone Sinematografi", menyambut FSAI yang digelar secara virtual, Hudson bercerita bagaimana dia bisa bangkit dari kecelakaan yang membuatnya lumpuh. Hingga kemudian, ia bisa menghasilkan film tersebut.

Hudson bilang, dirinya tumbuh bersama keluarga yang memiliki hobi menyelam. Orangtuanya adalah instruktur selam. Dia belajar menyelam dari mereka. Tapi, pada 2008, saat usianya 17 tahun, dia mengalami kecelakaan. Dan sejak itu, hidupnya tak lagi sama.

Hudson merupakan penyandang disabilitas quadriplegia. Kondisi gangguan saraf yang ditandai dengan melemahnya keempat anggota gerak tubuh (lengan kiri, lengan kanan, tungkai kiri, dan tungkai kanan). Hudson tak bisa lagi dengan bebas menyelam.

Ia kemudian lebih lekat dengan kegiatan videografi. Hudson dikenal dengan video-video aerialnya yang mendokumentasikan Paus dan Lumba-lumba. Lalu, perjalanan hidup Hudson itu didokumentasikan dalam dokumenter From Sky to Sea.

Baca juga : Menpora Harap UIII Lahirkan Pemuda Berwawasan Global Dan Plural

Ide itu awalnya datang dari pasangan sinematografer-produser Leighton dan Jodie De Barros. Keduanya melihat perjalanan Hudson sangat luar biasa. Sehingga sangat layak untuk didokumentasikan dan menjadi inspirasi teman-teman disabilitas lain.

Hudson menjelaskan, dokumenter ini berfokus tentang kehidupannya, bersama keluarganya. Tentang bagaimana insiden kecelakaan motor yang turut mengubah kehidupannya.

"Dan ini menjadi perjalananku setelah 12 tahun tidak menyelam,” jelas Hudson.

Sebagai informasi, penonton bisa mengakses film itu di www.fsai2021.com. Untuk mendapat tiket secara gratis.

Selain menunjukkan kehidupan personal Hudson, From Sky to Sea juga menyuguhkan lanskap garis pantai Australia. Hudson dan De Barros merekam Paus dan Lumba-lumba di tengah biru air laut.

Baca juga : Jelang HANI 2021, BNNK Jaksel Inisiasi Kelurahan Bersinar

“Sepertinya kami mulai mendokumentasikan ini sejak kelahiran anakku. Dan sekarang dia sudah berusia dua tahun,” kata Hudson.

Dia juga menyinggung situasi pendanaan untuk film dokumenter di Australia tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Pasangan De Barros membutuhkan waktu panjang untuk kemudian akhirnya bertemu mitra funding.

Hudson bilang, produsernya harus datang ke banyak pihak untuk mendapatkan dana. Ada yang berhasil, tapi banyak juga yang gagal. Dari pihak stasiun teve, yang datang ialah stasiun teve Jepang. Lalu, mereka juga dapat funding dari Screenwest (organisasi pendanaan dan pengembangan screen di Australia Barat).

Pada kesempatan itu, Konsul Jenderal Australia di Denpasar, Bali, Anthea Griffin, mengaku senang dengan penyelenggaraan Masterclass. Kegiatan utama dalam FSAI 2021.Terlebih, kegiatan itu digelar di masa yang sulit bagi industri seni akibat pandemi Covid-19.

"Banyak acara dan juga festival yang dibatalkan. Serta pergerakan dan juga interaksi antar manusia sangat dibatasi," ujar Griffin.

Baca juga : 1.271 Pegawai KPK Jadi ASN, Pemberantasan Korupsi Makin Terarah

Dia juga memuji film karya De Barrros dan Hudson.  Karena memperlihatkan bagaimana Hudson menghadapi berbagai tantangan.

Menurutnya, film dokumenter ini sangat penting. "Juga untuk melihat dan mendesak kita agar melindungi ekosistem yang penting laut yang penting," ujarnya.

Lewat FSAI 2021, pihaknya ingin memperkenalkan film Australia secara langsung pada penonton di Indonesia. Dia juga ingin memperlihatkan betapa semangatnya industri perfilman di Negeri Kanguru itu dalam mendorong batasan, dan tema, bidang teknis dan aksesibilitas.

"Kami juga berupaya meningkatkan kolaborasi antara warga dan industri perfilman kami," ucapnya.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.