Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tim Kementan Sudah Terjun ke Lapangan

Tak Benar, Cabe Magetan Terserang Penyakit

Selasa, 2 Juli 2019 11:04 WIB
Kawasan penanaman cabe di Desa Nitikan, Kabuaten Magetan, Jawa Timur. (Foto: Humas Kementan)
Kawasan penanaman cabe di Desa Nitikan, Kabuaten Magetan, Jawa Timur. (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Para petani cabe di Desa Nitikan dan Pacalan Kecamatan Plaosan, Magetan, Jawa Timur akhirnya bisa bernafas lega. Berkat kesigapan tim yang diterjunkan Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Dinas Pertanian Magetan, Petugas Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan PPL setempat, berhasil mengidentifikasi akar penyebab serangan penyakit terhadap tanaman cabe di daerah tersebut.

"Arahan Pak Menteri Pertanian (Amran Sulaiman) memang kita semua harus gerak cepat terjun lapangan, sigap ke petani, kapan pun dan di mana pun, karena petani kerja juga tidak kenal hari libur," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Hortikultura, Moh Ismail Wahab, di Jakarta, Selasa (2/7).

Sujono, Ketua Kelompok Tani Niti Mulyo, mengakui, para petani di daerahnya banyak yang mempraktikkan cara membuahkan kembali tanaman cabe yang sudah tua. Harapan cabe bisa berbuah kembali dengan biaya yang minimal dengan prediksi ada hujan.

"Lha itu lahan dari tanaman cabe sudah tua, apkir, hanya sekitar 3 ribuan meter. Wajar kalau kena jamur dan beluk. Lagi pula tanaman memang mau dibongkar dan akan ditanamai lagi. Wong sudah panen 13 sampai 21 kali," ujarnya.

Baca juga : Apa Benar Iran Siap Perang Dengan AS?

Sujono menyayangkan pemberitaan sebelumnya yang tidak sesuai fakta. Padahal lahan terserang tersebut, luasnya sempit yakni hanya ribuan meter saja, terserang karena tanaman apkir. "Yang diberitakan itu tidak jelas, lahan tanaman siapa, yang diwawancara juga beda, yang masuk berita nama petani juga beda," kata Sujono.

Dalam pemberitaan di medsos kemarin, tertulis nama petaninya Tukiran, padahal yang benar petani yang diwawancarai bernama Sarkan. Padahal, Sarkan bukan petani tapi pekerja di lahan milik orang lain.

"Lahan yang di medsos itu milik Pak Agus. Luas lahan 2.500 meter dengan jumlah tanaman 4.500 batang, kok di medsos simpang siur gitu ya," ucap Sujono.

Koordinator POPT Kabupaten Magetan, Sumarlan mengatakan hasil pengamatan yang dilakukan pihaknya di Desa Nitikan dan Pacalan, serangan virus terhadap tanaman cabai prosentasenya sangat rendah dan tidak sampai meluas. Faktanya tak lebih dari 1 persen (yang terserang virus), hanya pada luasan 0,2 hektaran atau sekitar 3.400-an batang cabe keriting. 

Baca juga : AP II Tutup Angkutan Lebaran dengan 4,2 Juta Pergerakan Penumpang

"Padahal satu kecamatan Plaosan luas lahan cabe mencapai 6.488 hektar. Jadi sangat kecil sekali yang terserang. Tak sampai berhektar-hektar di tiga desa terserang semua seperti yang diberitakan. Ngawur itu beritanya," katanya.

Menurut Sumarlan, beberapa tanaman memang ada yang terkena gangguan jamur tapi itu hanya sedikit. Penyebab serangan virus dan jamur pada cabai karena petani tidak serempak waktu tanamnya. Selain itu cara budidaya cabe dinilaianya masih asal-asalan, semaian benih sudah terinfeksi virus serta baby bag yang tidak dilepas saat tanam sehingga menyebabkan perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman terganggu.

"Penggunaan pestisida juga cenderung asal, karena petani rata-rata belum bisa membedakan antara hama, penyakit, atau fungi atau jamur. Semua disamaratakan. Yang terjadi bukannya menekan malah membuat hama penyakit makin kebal," terangnya.

"Waktu ada air, petani menggunakan sistem 'leb' dengan drainase yang kurang baik sehingga tanah menjadi lembab dan rentan ditumbuhi jamur," imbuh Sumarlan.

Baca juga : Tindak Tegas ASN yang Tak Netral di Pemilu

Kasubdit Cabai dan Sayuran Buah Ditjen Hortikultura, Mardiyah Hayati menyarankan agar para petani bisa memperbaiki tatacara budidaya cabai yang baik dan benar. Penting sekali petani menerapkan manajemen tanaman sehat, yaitu mulai dari benih sehat, bebas hama dan penyakit dan diseleksi sebelum ditanam. 

"Coba lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan satu famili. Jangan menanam cabai terus-terusan nyambung dengan cabai lagi atau tomat," kata Mardiyah. 

"Pengairan sebaiknya pakai sistem kocor. Pucuk tunas sebaiknya dipotong sebelum benih dibawa ke lapang untuk mengurangi vektor penyakit atau hama," tambahnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.