Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kerja Sistem Shift Belum Maksimal

Antrean Dua Jam, Penumpang KRL Berdoa Tak Kena Corona

Selasa, 7 Juli 2020 07:03 WIB
Kondisi antrean penumpang KRL di Stasiun Bogor. (Foto : twitter@infobogor)
Kondisi antrean penumpang KRL di Stasiun Bogor. (Foto : twitter@infobogor)

RM.id  Rakyat Merdeka - Antrean penumpang KRL Jabodetabek atau Commuter Line kian panjang di Stasiun Bogor, kemarin. Yang kepengen naik kereta terus bertambah setiap Senin (6/7) pagi.

Berdasarkan pengamatan, sejak pagi, antrean sudah nampak memanjang di Stasiun Bogor, Jawa Barat. Saking panjangnya, antrean mengular hingga ke area pejalan kaki dan parkiran kendaraan. Butuh dua jam antre untuk bisa masuk kereta. Meski begitu, antrean nampak rapi dan teratur. Antrean dibagi menjadi tiga baris. Ada jarak antara satu penumpang dengan yang lain.

Petugas gabungan Dishub dan Satpol PP dibantu TNI membantu mengingatkan penumpang agar memakai masker dan ada jarak antrean. Di peron, petugas KRL memeriksa satu per satu suhu penumpang.

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) lewat akun Twitter-nya @CommuterLine juga mengunggah empat foto situasi antrean calon penumpang di Stasiun Bogor pukul 07.20 WIB kemarin pagi.

“Kami imbau untuk senantiasa mengikuti arahan petugas di lapangan dan mematuhi marka physical distancing yang tersedia serta mengatur kembali waktu perjalanan,” tulisnya.

Penumpang pun mengeluh, antrean awal pekan ini lebih panjang dan lama. Hampir lebih dari satu setengah jam, penumpang baru nyampai di pintu masuk peron.

“Sudah hampir satu jam setengah, baru masuk pintu. Nunggu lagi, 20 menit baru masuk kereta untuk keberangkatan 20 menit ke depan. Antrean rapi sih, tapi lamanya nggak ketulungan,” cerita Wenny, penumpang yang naik dari Stasiun Bogor, kemarin.

Hal serupa terlihat di Stasiun Bojong Gede. Antrean penumpang juga cukup panjang sebeum masuk ke dalam stasiun. Mau masuk peron saja bisa lebih dari 30 menit. Mulai dari stasiun ini, kondisi di dalam kereta penuh sesak. Di dalam gerbong KRL penerapan protokol kesehatan tidak maksimal. Untuk penumpang yang duduk, memang ada jarak satu dua bangku yang disilang. Sedangkan yang berdiri, kondisinya berdekatan.

“Yang berdiri desak-desakan. Jadinya sama saja nggak ada jarak ya,” ungkap Hadi, penumpang yang turun di Stasiun Gondangdia ini. Kondisi lumayan lengang terjadi di Stasiun Depok Lama, Jawa Barat.

Baca juga : Ojol Di Bekasi Masih Dilarang Angkut Penumpang Saat New Normal

Tak nampak terlihat penumpukan penumpang di pintu utama. Sama dengan stasiun lainnya, di sini juga protokol kesehatan diterapkan ketat. Sebelum masuk ke peron, penumpang wajib diperiksa suhu badannya oleh petugas.

Di dalam peron, suasana cukup ramai. Penumpang menjaga jarak. Petugas melalui pengeras suara beberapa kali meminta calon penumpang tak berkeru- mun. Selain petugas KRL, nampak aparat TNI dan Kepolisian berkeliaran memantau situasi.

Di dalam gerbong kereta jurusan Depok-Jakarta Kota, kondisi lumayan padat. Penumpang yang duduk nampak rapi menjaga jarak. Yang berdiri, juga lumayan banyak. Tapi tak berdesakan. Mereka juga saling membelakangi. Sesuai instruksi petugas KRL di dalam gerbong.

Sejumlah pekerja di Jakarta mengaku tidak punya pilihan. Mereka yang tinggal di kota penyangga, tetap memilih naik KRL untuk berangkat dan pulang kerja. Penumpang menilai, belakangan ini pelayanan membaik. Hanya antrean saja di luar stasiun yang panjang.

“Takut dan khawatir tertular memang. Tapi nggak ada yang lebih cepat dari KRL. Kita tetap mematuhi protokol kesehatan,” aku Zizah, penumpang yang setiap hari pulang pergi Pondok Cina ke Tanah Abang, Jakarta Pusat.

 Bus Gratis Penuh

Bus gratis yang disediakan Pemprov DKI Jakarta di Stasiun Bogor juga penuh sesak. Antrean mengular. Sudah sejak pagi buta, sekitar pukul 05.00, bus mulai memberangkatkan penumpang KRL ke tujuannya masing-masing di stasiun di Jakarta.

Sejumlah calon penumpang bus gratis pun mengeluh. Seperti pemilik akun @Hapzhaps. Tak mau antre panjang di stasiun, dia langsung menuju pemberangkatan bus gratis sekitar 0ukul 04.55. Namun, bus masih belum berangkat.

“@DishubDKI_JKT Pak ini udah jam segini bus gratis dari Srasiun Bogor gak diberangkatin. Udah numpuk. Bus gak ada yang dibuka. Gimana caranya pak? Jadi nggak social distancing dong,” keluhnya sambil mengunggah foto penumpukan antrean bus.

Baca juga : Duh, Penumpang Ojol Banyak Yang Tak Bawa Helm Sendiri

Penumpang lainnya, @Nadi- fadlin, juga protes. “Ada bus gratis tapi nunggu penuh dan nggak semua stasiun kan. Jadi perlu pikir-pikir lagi kalau naik bus. Belum lagi macetnya. Kereta itu paling efisien tapi dibuat ribet begini,” kicaunya.

Sementara akun @galcit berhasil naik bus gratis. Meski diawali dengan desak-desakan. “Gue sabar-sabarin dah disikut-sikut satu dua orang akhirnya dapat bus Tebet pemberangkatanya keem- pat. Tetap 15 orang di dalam bus. Apresiasi deh buat Dishub dan Pemprov jkt @bptj151 @CommuterLine. Walau tadi ngatur barisannya agak kacau, dan suaranya kecil gak pake toa gak kedengeran sampe belakang,” ceritanya.

“Alhamdulillah jam 5.05 di Stasiun Bogor, naik bus berang- kat 5.35, pukul 07.07 udah di kantor. Cuma berdoa yang pada antre tadi dalam keadaan sehat dan sabar,” cuitnya lagi.

Evaluasi Sistem Shift 

Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan, penumpukan penumpang KRL awal pekan ini lebih banyak ketimbang Senin pekan lalu. Kondisi stasiun sudah nampak seperti normal karena sistem pembagian shift kerja belum berjalan maksimal.

“Bapak Menteri Perhubungan dan Gubernur DKI Jakarta pagi ini warga Bogor harus mengantre selama 1,5 sampai 2 jam untuk bisa masuk ke kereta. Bus yang kita siapkan sudah maksimal dan memang tidak bisa jadi solusi permanen,” terang Bima saat meninjau Stasiun Bogor, kemarin pagi.

Bus gratis dinilainya tidak akan berhasil sebab daya angkut bus sedikit. Penumpang KRL di tiap kereta mencapai 74 orang. Sedangkan bus berkapasitas 15 orang. Sementara saat kondisi normal seperti saat ini, kereta bisa mengangkut sekitar 200 penumpang per kereta.

“Bus tidak bisa. Mau seribu busnya pun tidak bisa. Siapa yang mau menyediakan bus lagi,” ujarnya.

Menurut Bima, banyaknya sektor usaha yang sudah dibuka di Ibu Kota membuat antrean membeludak. Sementara kapasitas gerbong KRL tetap dibatasi 35 persen. Makanya, sistem pembagian kerja atau shifting kerja dievaluasi total. Tiap Senin, lanjut Bima, penumpang selalu bertambah. Kemarin kenaikan terlihat sekali. Ini berarti shift kerja tidak berjalan.

Baca juga : Tapera Diresmikan, Syarief Hasan: Jangan Beratkan Rakyat Lagi

Padahal, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penan- ganan Covid-19 bilang, di berbagai tempat shift sudah berjalan. “Tetapi sepertinya kebiasan berangkat penumpang tidak berubah. Mungkin yang mesti diubah jarak shift-nya kurang jauh. Ini tidak bisa begini terus. Kita juga kewalahan. KCI juga kewalahan,” keluh Bima.

Penumpang Meningkat Terus PT KCI mencatat terjadi peningkatan penumpang KRL di tengah pandemi Covid-19 tiap pekan. Data Senin pekan lalu menjadi yang tertinggi selama pandemi di Jabodetabek. Saat itu tercatat 393.498 pengguna. Jumlah ini meningkat 10 persen dibanding pada Senin sebelumnya.

“Jumlah pengguna KRL semakin meningkat setiap pekannya seiring dengan pembukaan kembali berbagai sektor perekono- mian pada masa PSBB transisi. Peningkatan Senin (hari ini) juga sudah diprediksi,” ujar Vice President Corporate Communication PT KCI, Anne Purba.

Diterangkannya, dari hampir 400 ribu pengguna KRL ini, pola perjalanannya terpusat pada jam-jam sibuk, khususnya pukul 06.00-08.00 dan 17.00 -19.00. Antrean di stasiun biasanya sudah mencapai zona terluar di tiap-tiap stasiun yang menjadi titik keberangkatan pengguna.

Dengan pola konsentrasi tersebut, terang Anne, kapasitas tiap kereta sudah sangat maksimal, mengingat ada pembatasan jumlah penumpang sebanyak 74 orang per kereta (gerbong). Mengingat masih dalam kondisi pandemi, pihanya akan terus menerapkan protokol kesehatan ketat.

Mulai dari kewajiban penumpang memakai masker, mengikuti pengukuran suhu tubuh, rajin cuci tangan, memakai pelindung diri semaksimal mungkin, jaga jarak antar pengguna, hingga larangan berbicara selama berada di dalam KRL.

PT KCI mendukung dan mengharapkan berbagai lembaga, kantor, dan dunia usaha menerapkan sistem jam kerja bertahap bagi karyawannya.

Tahap 1 dimulai pukul 07.00 atau 07.30 dan tahap 2 yang dimulai 10.00 atau 10.30 sesuai Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Dengan pengaturan jam kerja bertahap, PT KCI berharap antrean di stasiun dapat lebih lancar dan mengurangi waktu tunggu para pengguna KRL. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.