Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Waspada Omicron

Prof. Tjandra: Perlu Mitigasi Berlapis, Telusuri Semua Yang Datang Dari LN 2 Atau 3 Minggu Lalu

Jumat, 3 Desember 2021 08:37 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti fakta soal varian Omicron, yang terus merebak luas.

Sampai 2 Desember kemarin, sudah ada setidaknya 390 kasus terkonfirmasi dari 31 negara. Kasus tersebut tentu akan meningkat terus.

European CDC (Pusat Pencegahan dan Penularan Penyakit di Eropa, Red) mengatakan, saat ini sudah mulai ada kasus (dari Belgia, Jerman dan Inggris) yang ternyata memiliki riwayat perjalanan ke Afrika sama sekali. Juga tidak ada riwayat kontak dengan kasus yg melakukan perjalanan.

"Fakta ini sangat penting untuk dianalisis. Harus ada penjelasan tentang kasus impor dan penularan di masyarakat (community transmission)," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Jumat (3/12).

Baca juga : Prof. Tjandra Minta Masa Karantina Diperpanjang, Whole Genome Sequencing Digenjot

Laporan dari Australia juga menyebutkan adanya kasus Omicron, yang tidak melibatkan penerbangan dari daerah Selatan Afrika. Yang bersangkutan, terbang dari Doha dan tiba di Sydney pada 23 November 2021.

"Otoritas kesehatan setempat memperkirakan dia tertular di pesawat terbang. Dua anggota keluarganya juga positif Covid-19, dan sedang diperiksa genomic sequencing ke arah Omicron," jelas Prof. Tjandra. 

Sementara itu, Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) melaporkan 5 kasus Omicron, 2 diantaranya adalah pasangan yang baru datang dari Nigeria pada pekan lalu dan sudah mendapat vaksinasi lengkap. 3 kasus lainnya adalah anggota keluarga dan teman mereka.

Singapura sudah menyatakan, sejauh ini belum ada kasus penularan di masyarakat (community transmission) terkait Omicron.

Baca juga : Prof. Tjandra: Presidensi G20 RI Perlu Diisi Dengan Kegiatan Konkret One Health

Sementara India, sudah memeriksa 8 ribu penumpang pesawat sejak hari Rabu lalu.  

"Mungkin akan baik kalau diinformasikan ke publik kita, tentang berapa jumlah penumpang pesawat yang sudah diperiksa di negara kita sejauh ini. Sejak Omicron mulai dilaporkan di dunia," tutur Prof. Tjandra yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Selain itu, melihat laporan beberapa negara bahwa kasus dari penerbangan sudah mulai sejak minggu-minggu yang lalu, Prof. Tjandra juga menyarankan Indonesia untuk melakukan pemeriksaan sekitar 2 minggu ke belakang. Meski sejak 29 November, sudah dilakukan penolakan masuk sementara  ke wilayah Indonesia, bagi orang asing yang pernah tinggal dan/atau menunjungi daerah terjangkit.

"Tapi kan bisa saja, orang asing itu sudah masuk negara kita sebelumnya. Tanggal 10 November misalnya, atau 15 November dan lain-lain. Mereka sudah selesai dikarantina 3 hari sesuai aturan waktu itu, dan kini sudah ada di tengah-tengah masyarakat kita," beber Prof. Tjandra.

Baca juga : Jalankan Putusan Pengadilan, KPK Keluarin Samin Tan Dari Penjara

Walaupun sesudah 3 hari karantina, PCR mereka negatif, tapi karena masa inkubasi Covid-19 bisa sampai lebih dari 2 minggu, bisa saja belakangan ini PCR-nya positif. Seperti sudah terjadi di negara-negara lain.

Kalau ternyata memang ada yang PCR positif dan itu akibat varian Omicron, tentu buruk akibatnya bagi situasi epidemiologi kita.

"Karena itu, harus ada mitigasi berlapis. Perlu penelusuran kepada mereka yang datang dalam 2 atau 3 minggu yang lalu. Apakah mereka sekarang sehat saja  atau barangkali ada yang sakit yang tentu harus diisolasi dan ditangani dengan seksama, termasuk genome sequencing-nya harus diperiksa," tegas mantan Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) & Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.