Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Ketika harga minyak goreng mahal, banyak pihak menjerit agar pemerintah segera turun tangan meredakan dan mengendalikan harga komoditas tersebut. Selain berbagai seruan tersebut, sejumlah kalangan langsung mencari jawaban.
Terdapat sejumlah jawaban yang bisa kita dapatkan, seperti: kenaikan harga minyak goreng ini akibat menurunnya produksi dari sejumlah negara penghasil, pandemi Covid-19, shifting ke biodiesel, dan berbagai argumentasi lainnya dengan limpahan data yang mendukung argumen tersebut.
Hal yang tidak disadari semuanya adalah bahwa betapa minyak goreng merupakan bagian dari kehidupan kita semua, yang juga telah membentuk suatu kultur dan bahkan struktur sosial masyarakat.
Baca juga : Gaya Hidup Sehat dapat Meningkatkan Imunitas
Minyak goreng telah dengan signifikan memberikan pengaruh kepada terbangunnya pola-pola hubungan antar orang dalam suatu entitas masyarakat. Sehingga karena posisinya yang mendekati esensial, dinamika pada benda ini, jika terlalu tajam turun naiknya, akan menghasilkan guncangan sosial.
Konsumsi Minyak Goreng
Bagaimana struktur minyak goreng ini memberikan pengaruh kepada kehidupan sosial masyarakat Indonesia, bisa kita lihat mulai dari kuantitas produksi. Realitas konsumsi minyak goreng selain karena status Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia, di mana produksi crude palm oil (CPO) atau minyak sawit pada 2021 mencapai 46.888 juta ton. Jumlah yang tinggi ini tentu karena didukung permintaan dalam negeri juga yang besar.
Baca juga : Pria Ini Bertahan Hidup Dengan Makan Daging Mentah
Secara kasat mata, kita bisa melihat realitas sehari-hari, di mana nyaris seluruh kebiasaan hidup orang Indonesia tidak bisa lepas dari minyak. Contoh, pagi-pagi bangun tidur, minum kopi sambil memakan kudapan gorengan, lalu makanan pun kerap ada goreng ikan, goreng ayam, goreng tempe, atau minimal goreng kerupuk. Bahkan dalam kondisi minimal, ketika bahan-bahan mentah untuk sambal saja, sebagian digoreng dulu sebelum diulek.
Persenyawaan dengan minyak goreng ini berlangsung dari pagi sampai sore bahkan malam. Bahkan ketika rapat di kantor, atau sekadar hang out di kafé atau warung kopi, camilan gorengan itu mesti menjadi “teman” yang wajib menyertai. Maka wajar jika para pemilik modal sangat antusias dengan bisnis yang selalu mengkilat ini.
Belum lagi turunan lain dari minyak sawit saja sangat banyak dan tidak kalah akrab dengan kehidupan kita. Produk-produk seperti sabun, mentega, bahkan beberapa produk kecantikan. Artinya, bisa dikatakan bahwa kebudayaan kita tidak bisa dilepaskan dari minyak goreng ini —langsung atau tidak langsung.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya