Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Airlangga Bertemu Presiden COP26
Perlu Kerja Sama Untuk Pemulihan Ekonomi Global
Jumat, 18 Februari 2022 08:20 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Presidensi G20 yang berlangsung di Indonesia tahun ini difokuskan pada tiga hal. Yaitu, Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Ekonomi Digital dan Transisi Energi untuk penurunan emisi karbon.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, di sela pertemuannya dengan President Designate of the United Kingdom untuk COP26 (Climate Change Conference of the Parties) Alok Sharma, di Jakarta, Rabu (16/2).
Dalam pertemuan itu, hadir Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, UK COP26 Envoy John Murton dan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong.
Airlangga mengatakan, pentingnya langkah konkret bersama semua pihak terkait untuk tiga prioritas Presidensi G20 itu.
“Kerja sama ini sangat dibutuhkan dalam rangka menuju pemulihan global yang berkelanjutan,” kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, kemarin.
Di bidang kesehatan, lanjut Airlangga, aspek penting yang diusung Presidensi Indonesia adalah respons global dan inklusif dalam mengatasi pandemi Covid-19. Terutama untuk affordability dan accessibility vaksin dan penguatan arsitektur kesehatan global.
Sedangkan terkait upaya transformasi digital, di masa pandemi saat ini telah diakselerasikan pemanfaatan teknologi digital di segala sektor perekonomian dan sosial.
Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan, penting juga untuk memastikan ketersediaan infrastruktur atau hardware digital. Seperti jaringan fibre optic agar berbagai platform digital tersebut dapat terjangkau dan mudah diakses.
Baca juga : Airlangga: Presidensi G20 Indonesia Dorong Pemulihan Ekonomi Global Berkelanjutan
“Dalam kaitan ini, Indonesia telah menerapkan program Kartu Prakerja bagi 11 juta penduduk sebagai contoh mekanisme digital untuk skilling, reskilling dan upskilling. Sekaligus sebagai semi bansos bagi masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19,” jelasnya.
Menyangkut transisi energi, mantan Menteri Perindustrian itu menegaskan, Indonesia sedang mengkaji mekanisme pembiayaan yang tepat, guna mewujudkan langkah transformatif tersebut.
Tentunya perlu dibarengi dengan upaya mendorong investasi di bidang renewable energy yang saat ini tengah dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia. Antara lain hydropower dan solar. Termasuk teknologi carbon capture and storage, yang membutuhkan pembiayaan tidak sedikit.
Sejalan dengan Glasgow Climate Pact, Indonesia telah meluncurkan skema pembiayaan inovatif dalam rangka mempercepat penutupan pembangkit listrik berbasis batubara, bekerja sama dengan Bank Pembangunan Asia/ADB melalui Energy Transition Mechanism, serta pemanfaatan gas amonia untuk pembangkit listrik.
Baca juga : Menkeu: LCS Perkuat Stabilitas Ekonomi Nasional
“Untuk itu, solusi dan skema pembiayaan inovatif dan dukungan internasional memang sangat dibutuhkan. Ini sejalan dengan komitmen Glasgow,” papar Airlangga.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya