Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Akademisi UNU: Agama Pedoman Perdamaian dan Anti Kekerasan

Kamis, 3 Maret 2022 21:41 WIB
Dosen Pascasarjana Pendidikan Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta Amir Mahmud (Foto: Istimewa)
Dosen Pascasarjana Pendidikan Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta Amir Mahmud (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kecamuk perang dan konflik yang terjadi di berbagai negara hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia tentang mahalnya harga perdamaian. Sebagai bangsa religius yang menjunjung tinggi nilai agama, sudah sepatutnya agama dijadikan sumber inspirasi menyemai perdamaian, bukan dipolitisir untuk menghalalkan kekerasan.

Dosen Pascasarjana bidang Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta Amir Mahmud menerangkan, agama seharusnya dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi perdamaian dan anti terhadap kekerasan di tengah bangsa Indonesia yang beragam.

”Sebagai orang yang beragama, kita harus cinta kepada kedamaian dan menjauhkan dari segala macam hal-hal yang bisa mendatangkan kepada pertikaian, perpecahan dan sebagainya,” ujarnya, di Solo, Kamis (3/3).

Baca juga : Pulihkan Bisnis, AP II Maksimalkan Pemanfaatan Aset

Menurutnya, semua agama yang ada di dunia ini membawa pesan perdamaian dan anti-kekerasan. Karena itu, sudah semestinya masyarakat Indonesia yang beragama dan religius dapat menjadikan agama sebagai pedoman perdamaian.

Sebagai orang yang pernah hidup di daerah konflik di Afghanistan, Amir Mahmud yang juga lulusan Akademi Militer Afghanistan ini membagikan pengalaman berharganya tentang betapa berharganya hidup di tengah bangsa yang damai.

”Begitu sulitnya kita sebagai manusia untuk melakukan komunikasi dan untuk beraktivitas di dalam kehidupan bermasyarakat (di tengah konflik). Selalu ada rasa ketakutan, rasa ketidaknyamanan, bahkan permusuhan terhadap satu sama lainnya,” terang Direktur Amir Mahmud Center yang bergerak dalam bidang kajian kontra narasi dan ideologi dari paham radikal terorisme ini.

Baca juga : Sebelum Wisuda, UAI Persiapkan Lulusannya Siap Kerja

Ia menilai, konflik-konflik yang menyeruak di berbagai negara banyak dipicu oleh kepentingan politik dan kurangnya rasa menghargai terhadap perbedaan. Kondisi seperti itu seringkali berujung pada kehancuran dan kerugian bagi diri sendiri dan masyarakat luas.

“Masyarakat kita harus banyak belajar dari berbagai konflik yang ada di berbagai negara. Jangan sampai masyarakat kita mudah diadu domba dan dipecah belah oleh kepentingan politis dan juga perbedaan yang dapat menimbulkan konflik,” wanti-wantinya.

Di era post-truth dan media sosial saat ini, katanya, masyarakat cenderung sering terlibat kepada perselisihan dan praktik intoleransi yang kerap menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Untuk itu, perlu ada cara efektif untuk menyadarkan masyarakat betapa berbahayanya mengedepankan egoisme demi kepentingan kelompok maupun politis. Itu penting agar masyarakat tidak mudah terprovokasi maupun diadu domba oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Baca juga : Cetak Brace Di Laga Persipura, Beckham Diganjar Pemain Muda Terbaik

“Seluruh komponen harus dapat mengontrol dirinya. Jangan mudah terprovokasi ataupun adu domba yang dihembuskan oleh kelompok-kelompok yang tidak suka adanya perdamaian yang ingin menghancurkan bangsa ini,” ujarnya. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.