Dark/Light Mode

Ngobrol Dengan Tukang Gorengan Saat Migor Mahal

Maaf Ya, Sekarang Satunya Rp 1.500...

Minggu, 20 Maret 2022 07:30 WIB
Pedagang gorengan melayani pembeli di pinggir jalan Desa Muntung, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (17/3/2022). Melonjaknya harga minyak goreng curah maupun minyak goreng kemasan di pasaran membuat pedagang gorengan terpaksa menaikkan harga jual gorengan. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc).
Pedagang gorengan melayani pembeli di pinggir jalan Desa Muntung, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (17/3/2022). Melonjaknya harga minyak goreng curah maupun minyak goreng kemasan di pasaran membuat pedagang gorengan terpaksa menaikkan harga jual gorengan. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc).

RM.id  Rakyat Merdeka - SEJAK pemerintah mencabut aturan Harga Eceran Tertinggi (HET), harga minyak goreng (migor) kemasan langsung meroket. Dari yang tadinya Rp 14 ribuan menjadi Rp 20 ribuan sampai Rp 40 ribuan. Melonjaknya harga migor paling dirasakan pedagang gorengan. Biar nggak tekor, mereka mulai naikkan harga dari Rp 1.000 per menjadi Rp 1.500 per potong.

Salah satu yang menaikkan harga gorengan adalah pedagang nasi uduk di Bojongsari. Biasa jual Rp 1.000 per potong, kini tidak dapat lagi. “Maaf ya, sekarang satunya Rp 1.500. Sekarang kalau beli goceng (Rp 5 ribu) dapat 4. Ceban (Rp 10 ribu) ya 8. Kan harga minyak naik,” katanya, kepada Rakyat Merdeka sambil ngedumel.

Hal yang sama juga dilakukan tukang gorengan di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejak harga migor meroket, ia langsung mengerek harga dagangannya. Biasa jual Rp 1.000 per potong, kini Rp 10 ribu cuma dapat 6 gorengan.

Baca juga : Tak Berani Naikin Harga, Ukuran Tahunya Dikecilin

Tukang gorengan yang ada di Jalan Mayor Oking, Cibinong juga mulai menaikan harganya. Untuk gorengan biasa naik dari Rp 1.000 menjadi Rp 1.500 per potong. Sementara buat risol isi telur puyuh naik jadi Rp 2.000 per potong.

“Terpaksa naikkan bang, minyaknya mahal banget. Sekarang aja belum nutup banget harga segitu,” keluhnya.

Hal berbeda dilakukan pedagang gorengan di Bandung. Para pedagang hanya bisa pasrah. Mau naikkan harga, tidak berani karena khawatir ditinggal pelanggan. Sehingga jalan tengahnya mengurangi ukuran gorengan.

Baca juga : Ganjar Minta Maaf, Polisi Bebaskan 64 Orang Yang Diamankan

Bukan hanya tukang gorengan, warteg-warteg juga mengisyaratkan menaikkan barang dagangannya. Hal ini diungkapkan Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni. 

Menurutnya, pemilik warteg lebih terbiasa menggunakan migor kemasan. Menurut Mukroni, kualitasnya berbeda dengan migor curah. Masak dengan migor kemasan, lebih cepat matang. Jika menggunakan curah, matangnya agak lama, sehingga boros gas. Migor curah juga cepat hitam.

Bagaimana tanggapan pemerintah? Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi memastikan, saat ini migor kemasan di ritel modern melimpah, mereknya juga beragam. Ia yakin dengan kondisi seperti ini, harga migor kemasan berangsur turun. Mengingat, akan terjadi kompetisi di level produsen.

Baca juga : Jangan Nekat Timbun Migor 1 Harga, Bisa Dipenjara 5 Tahun Atau Denda Rp 50 M

“Harganya akan menurun sesuai kompetisi dan leveling dari market mereka. Kita akan kerjakan bersama-sama. Mudah-mudahan kita dapat menghasilkan harga yang lebih baik pada waktu yang tidak akan lama. Diperkirakan dalam seminggu ke depan merek-merek sudah mulai keluar dan harganya sudah bisa lebih baik,” ujar Lutfi.

Sementara, Wakil Ketua Komisi VI DPR, Gde Sumarjaya Linggih menilai, kebijakan pemerintah mensubsidi migor curah agar harganya Rp 14 ribu per liter, dan melepas migor kemasan ke mekanisme pasar, sudah tepat. Kebijakan ini memberikan keadilan untuk masyarakat. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.