Dark/Light Mode

Pandu Riono: Biar Nggak Kayak Drakor, PB IDI Kudu Cepat Berbenah

Selasa, 22 Maret 2022 13:10 WIB
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono bersama Moderator: dr. Sugito Wonodirekso dalam peluncuran buku komik digital berjudul IDI Mau Dibawa Kemana, Senin (21/3). (Foto: Zoom)
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono bersama Moderator: dr. Sugito Wonodirekso dalam peluncuran buku komik digital berjudul IDI Mau Dibawa Kemana, Senin (21/3). (Foto: Zoom)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ahli Epidemiologi yang juga Pakar Biostatistika Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono membeberkan kondisi internal di jajaran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).

Dia mengibaratkan kondisi PB IDI seperti drama Korea alias drakor, yang penuh lika-liku. Banyak permasalahan internal yang membelit organisasi profesi dokter itu.

"Ibaratnya, kita sedang menonton drama Korea. Ada yang jahat, ada yang baik, ada yang baik banget. Ternyata dalam organisasi profesi kedokteran, itu terjadi. Drama yang nyata," ungkap Pandu  dalam peluncuran buku komik digital "IDI Mau Dibawa Ke Mana",  Senin (21/3).

Buku komik itu ditulis oleh Pandu bersama rekannya yang juga berprofesi sebagai dokter, Judilherry Justam.

Mantan Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI ini tak secara rinci menyebut masalah yang menghinggapi PB IDI.

Menurutnya, sebagian dari masalah itu sudah dituangkan dalam buku komik yang ditulisnya.

"Tapi belum semua kita ceritakan," ucap Pandu. 

Baca juga : Bantu Ekonomi Keluarga Prasejahtera, PNM Salurkan Bantuan di Lombok Tengah

Pandu menyebut, dokter adalah profesi mulia. Orangnya mulia, kalau mereka melakukan yang semestinya diharapkan masyarakat.

"Tetapi ternyata tidak. Yang brengsek, brengsek banget. Yang bodoh, bodoh banget. Yang pintar, pintar banget," ujar Pandu.

"Saya pakai bahasa yang biasa saja, untuk menceritakan bahwa dokter di Indonesia adalah manusia biasa yang penuh dengan gagasan, ide-ide, atau kelakuan yang menurut saya menjengkelkan," imbuhnya.

Pandu berharap, komik digital "IDI Mau Dibawa Ke Mana" dapat memberikan gambaran utuh tentang perjalanan IDI, setelah kepemimpinan Prof Farid Anfasa Moeloek pada tahun 2016.

Selepas itu, kata Pandu, IDI banyak dililit konflik internal. Bak drakor, persoalan demi persoalan terus berlanjut.

"Seperti drama seri 1, drama seri 2, seri 3, yang akan datang mungkin seri dari Mas Adib (Ketua Terpilih PB IDI Adib Khumaidi). Kita nggak tahu," ucap Pandu.

Salah satu hal yang menurutnya perlu direformasi: IDI sebaiknya tak ikut campur dalam pendidikan kedokteran. Di samping harus fokus pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota, dalam perannya sebagai organisasi profesi.

Baca juga : Diduga, Ribuan Orang Pernah Masuk Ke Kerangkeng Bupati Langkat

"Organisasi profesi yang mestinya menjaga mutu dokter, malah membiarkan adanya dokter yang tidak kompeten. Ini membahayakan keselamatan publik. Ini sangat disayangkan," tutur Pandu.

Pandu berpendapat, menjaga mutu dokter sejatinya adalah tanggung jawab Fakultas Kedokteran. Sementara organisasi profesi, ya mengurusi profesi. Misalnya saja, bernegosiasi dengan pemerintah, bernegosiasi dengan pajak, BPJS, atau pemilik modal di rumah sakit.

"Ini kewajiban PB IDI. Karena dunia pelayanan kesehatan kita semakin menjadi industri. Kalau dokter tidak di-back up, tidak ada serikat pekerjanya, dokter akan menjadi yang paling lemah di dalam struktur organisasi. Ini perlu disadari oleh pengurus PB IDI," jelas Pandu.

Meski banyak kisah di balik perjalanan PB IDI, Pandu mengaku tak menyimpan dendam. Dia hanya berharap, PB IDI bisa direformasi, karena menurutnya sudah melampaui batas. Tak sesuai dengan tugas pokoknya. 

Dia berharap besar ada perbaikan di dalam internal organisasi profesi kedokteran tersebut.

Program pembangunan pemerintah seperti konsep dokter keluarga, harus disambut baik oleh PB IDI. Regulasi harus ditata sebaik mungkin. Kalau perlu, dibentuk semacam Omnibus Law Bidang Kesehatan.

"Komik ini bukan khayalan. Ini adalah bagian dari proses yang pernah dijalankan, selama bertanya IDI mau ke mana. Kalimat lagu ingin menjadi dokter berbakti bagi bangsa dan negara, jangan hanya di atas kertas. Hanya dalam bentuk nyanyian. Dalam kisah sehari-hari, kayak drama yang luar biasa hebat seperti drakor yang mayoritas fiktif," urai Pandu.

Baca juga : Tenang, Risiko Pasca Vaksin Anak Dijamin Pemerintah

Pandu pun menitip pesan pada Ketua Terpilih IDI Adib Khumaidi, agar segera menata kembali organisasi yang dipimpinnya.

"Kalau ini tidak segera diatasi dalam kepemimpinan Mas Adib, maka Mas Adib juga akan menjadi sumber masalah yang masih berkelanjutan," pesan Pandu. 

Segendang sepenarian dengan Pandu, dokter yang juga aktivis di era Orde Baru, Judilherry Justam berharap, IDI bisa mereformasi diri. Antara lain, dengan tidak mencampuri urusan pendidikan. 

"Kolegium menempati posisi sentral dalam pendidikan kedokteran. Sementara organisasi profesi, tugasnya mengurusi kesejahteraan anggota," tegasnya. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.