Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Kisah Aliansyah, Pembalak Liar Yang Kini Jadi Pelestari Hutan Paser, Kaltim
Minggu, 27 Maret 2022 16:10 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - From zero to hero. Kalimat ini pas untuk Aliansyah. Dulu, sebelum 2019 dia merupakan pelaku illegal logging atau pembalakan liar. Siang dan malam Aliansyah dan kelompoknya menebang pohon di hutan Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Kaltim).
Aliansyah berasal dari Kalimantan Selatan. Dia datang ke Paser pada 1999. "Tujuan datang ke sini ya memang mau kerja ilegal, illegal logging. Kerjaan itu ya menggesek (menebang) pohon," ceritanya.
Baca juga : Jelang Ramadan, Vaksinasi Yang Digelar Binda Kepri Diserbu Ribuan Masyarakat
Aliansyah dan kelompoknya biasa menebang pohon ulin. Kayunya kemudian dijual ke tengkulak. Diakui Aliansyah, hasil dari kerja ilegalnya cukup besar. Tapi, dia tak tenang. "Sering dikejar-kejar petugas," ucapnya.
Di 2018, Aliansyah tertarik dengan Proyek Forest Investment Program 2 (FIP 2) atau Program Investasi Hutan Proyek Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dia pun bergabung dengan proyek yang didukung Bank Dunia dan Danida itu. Aliansyah dan warga Desa Rantau Atas, Batu Engau, Muara Samu, Kabupaten Paser kemudian membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH) Nyungen Jaya.
Baca juga : Pemerintah Izinkan Mudik Lebaran, Ini Catatan DPR
Di KTH yang berada di bawah naungan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kendilo itu, Aliansyah dipercaya menjadi ketua. Anggotanya kini sudah 40 orang. Mereka bersepakat mengajukan proposal budidaya madu lebah trigona ke Proyek FIP 2 dan disetujui. "Di Paser, Desa Rantau Atas ini sejak dulu memang dikenal sebagai penghasil madu," terangnya.
Namun, saat itu, hanya segelintir orang saja yang dapat menghasilkan madu. Sementara, yang tidak mengerti mengenai madu, kata Aliansyah, hanya akan jadi penonton dan membeli hasil madunya. "Alhamdulillah dengan adanya FIP 2, kami mengajukan proposal. Bagaimana sih caranya supaya kami bisa juga mendapatkan dan menikmati hasil dari madu," katanya.
Baca juga : Panglima Andika Larang Prajurit TNI Jadi Pengamanan Proyek
Dari situ, Aliansyah dan anggotanya mulai mendapatkan bimbingan serta modal untuk budidaya madu Trigona. Berbeda dengan lebah madu umumnya, lebah trigona atau kelulut ini bertubuh kecil, kurus, berwarna hitam dan tidak menyengat. Mirip seperti nyamuk, tapi tidak menggigit atau menghisap darah.
Awalnya, KTH Nyungen Jaya memiliki 60 stup (sarang atau penangkaran) madu trigona. “Tahun 2020 tambah jadi 120 stup, dan kini sudah ada 230 stup, yang tersebar di enam titik," terang Aliansyah.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya