Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bahaya Mikroplastik Dalam Tubuh Manusia Belum Bisa Dibuktikan

Sabtu, 18 Juni 2022 16:37 WIB
Webinar bertajuk Mengenal Mikroplastik dan Dampaknya pada Lingkungan & Kesehatan, Kamis (16/6). (Foto: Istimewa)
Webinar bertajuk Mengenal Mikroplastik dan Dampaknya pada Lingkungan & Kesehatan, Kamis (16/6). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hingga kini, belum ada satu negara pun yang bisa membuktikan sejauh mana mikroplastik membahayakan kesehatan manusia. Hal itu yang membuat belum adanya satu regulasi pun yang menetapkan berapa batas aman mikroplastik di dalam tubuh yang bisa membahayakan kesehatan.

Peneliti mikroplastik yang juga Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pangan Universitas Soegijapranata, Inneke Hantoro, mengatakan pemerintah di banyak negara belum bisa memberikan kepastian berapa standar mikroplastik yang boleh ada dalam tubuh manusia. Menurutnya, hal itu disebabkan banyaknya tingkat kesulitan untuk melakukan analisis mikroplastik ini.

Menurutnya, untuk menjawab apakah mikroplastik bisa disebut sebagai foor hazard atau memberikan bahaya pada kesehatan tubuh, yang harus dilakukan adalah risk assessment atau evaluasi risiko. Berdasarkan Codex Alimentarius Commision (CAC), ada empat tahapan untuk melakukan evaluasi risiko ini.

Pertama, melakukan identifikasi hazard, dengan mengidentifikasi dulu keberadaan mikroplastik, faktor apa yang mendorong keberadaannya, karakternya bagaimana baik konsentrasinya, bentuk, ukuran, warna dan jenis polimernya. Kedua, membuat karakteristik bahayanya dengan mengujinya kepada hewan percobaan.

Baca juga : Cuadrado Masih Mau Dipeluk Nyonya Tua

Ketiga, melakukan studi perkiraan paparan mikroplastik pada tubuh manusia sehingga bisa melakukan evaluasi risikonya. Keempat, mengelompokkan risk assessment untuk menentukan apakah memang ada bahayanya pada manusia.

“Saat ini, penelitian mikroplastik ini baru ada pada tahap 1 dan 2. Itu pun masih banyak tantangannya. Jadi, belum sampai kepada uji terhadap manusianya,” jelasnya, dalam webinar bertajuk “Mengenal Mikroplastik dan Dampaknya pada Lingkungan & Kesehatan”, Kamis (16/6).

Karena itu, terkait sudah berlimpahnya artikel yang bicara mengenai deteksi keberadaan mikroplastik di banyak produk, dia menilai semua itu tetap harus dikaji lebih jauh. “Jadi, akan masih sangat sulit untuk melakukan penetapan standar aman dari mikroplastik itu. Seluruh dunia juga masih mengalami hal yang sama,” terangnya.

Peneliti Pusat Riset Kimia Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andreas, menyampaikan hal yang sama. Kata dia, sampai sekarang belum ada regulasi yang mengatur standar terkait dengan jumlah mikroplastik dalam satu produk pangan olahan.

Baca juga : Banyak Museum Swasta Terancam Tutup, Kemendikbud Harus Beri Perhatian

“Karena, kalau dihitung sebagai jumlah itu tidak fair. Hal itu disebabkan ada produk itu yang mungkin ada serpihan mikroplastiknya kecil-kecil dan jumlahnya 10, sedangkan produk lain serpihannya cuma satu tapi panjang. Itu kan tidak fair kalau dihitung dari jumlah mikroplastiknya. Jadi, tidak fair juga kalau jumlah itu dijadikan patokan,” ucapnya.

Oleh karena itu, kata Andreas, negara-negara di dunia juga masih belum ada yang menentukan regulasi terkait dengan jumlah mikroplastik dalam satu produk pangan olahan. Menurutnya, mikroplastik yang ukurannya terlalu kecil tidak bisa dilihat secara visual dengan mata, tapi harus menggunakan alat bantu, misalnya mikroskop.

“Tetapi, itu kan baru terduga apakah memang betul itu material plastik. Nah, untuk bisa memastikan itu material plastik, harus dilakukan pengujian secara instrumentasi. Jadi, semakin banyak informasi yang dirangkum untuk memastikan sesuatu itu adalah mikroplastik, akan semakin meningkatkan validitas dalam kita memastikannya,” katanya.

Dia mengakui, BRIN hingga kini belum pernah melakukan penelitian dampak mikroplastik ini terhadap kesehatan manusia.

Baca juga : Harganya Melejit, Prospek Saham GoTo Menjanjikan

Pengamat Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB), Zainal Abidin, menegaskan bahwa dampak cemaran mikroplastik terhadap kesehatan manusia saat ini belum dapat dipastikan, karena penemuan relatif baru dan butuh penelitian lebih lanjut.

Narasumber lainnya, Koordinator Fungsi Industri Pengolahan Susu dan Minuman Lainnya Kemenperin, Riris Marito, mengatakan bahwa riset terhadap mikroplastik memang penting dilakukan. Namun, riset-riset itu juga perlu dikaji dan dipelajari apakah secara scientific evidence sudah memang betul mengganggu kesehatan. Jika secara scientific evidence memang terbuktikan, itu juga tidak bisa langsung diambil kesimpulan. Tapi harus dikaji juga dari berbagai aspek.

“Sebab, untuk regulasi ini kita kan tidak hanya menyimpulkan dari satu sisi. Jadi regulasi itu dibuat itu harus mempertimbangkan dari sisi ekonomi, daya saing, tenaga kerja, iklim usaha, dan juga kesehatan,” pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.