Dark/Light Mode

Cegah Resistensi Antimikroba, Prof. Tjandra Ingatkan Pentingnya Surveilans

Kamis, 30 Juni 2022 10:44 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan soal resistensi terhadap antimikroba, yang saat ini menjadi masalah besar dunia. Bahkan, menjadi silent epidemic. 

"Kalau tidak ada upaya memadai, dunia bisa saja masuk ke suatu era, dengan kondisi antimikroba (termasuk antibiotika, anti jamur, anti virus, anti parasit dan sebagainya) menjadi tidak mempan lagi untuk mengobati infeksi di dunia, negara G20 dan Indonesia tentunya," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Kamis (30/6).

Kalau ini sampai terjadi, masalah kesehatan manusia akan terdampak luar biasa. Penyakit menular akan makin merajalela tanpa terkendali, karena tidak bisa disembuhkan.

Prof. Tjandra pun lantas menuturkan pengalamannya, mengikuti G20 AMR Pre-event Meeting yang mengambil topik tentang peran surveilan sebagai dasar utama (backbone) pencegahan dan pengendalian AMR (antimicrobial resistance), Rabu (29/6) malam.

Baca juga : BPH Migas Ingatkan Pentingnya Pengawasan Dan Peran Masyarakat

Pertemuan ini merupakan persiapan dari acara puncak berupa G20 AMR Side Event Meeting, yang akan diselenggarakan di Bali pada 24 Agustus mendatang. Sehari setelah pertemuan ketiga G20 Health Working Group Meeting.

Sebelumnya, sudah dilakukan pertemuan pertama G20 Health Working Group meeting yang diikuti dengan side event Tuberkulosis. Salah satu pembicaranya adalah Prof. Tjandra.

Sedangkan di pertemuan kedua bersama side event One Health, Prof. Tjandra menjadi Co-Chair nya.

"Pertemuan G20 AMR Pre-event Meeting 29 Juni ini terbagi dalam dua sesi. Pertama, tentang bagaimana berbagai sektor secara spesifik melakukan surveilans AMR, AMU (antimicrobial usage) dan AMC (antimicrobial resistance control). Kedua, bagaimana kemungkinan mengintegrasikannya," jelas Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI.

Baca juga : Pertamina Patra Niaga Pastikan Penyaluran BBM Tepat Sasaran

Presentasi mewakili kegiatan surveilans pada manusia dan juga di rumah sakit. Serta surveilans pada hewan, perikanan (aquaculture), dan lingkungan.

Di akhir sesi, juga dibahas tentang kemungkinan target yang dapat dijadikan surveilans bersama. Baik dalam bentuk patogen yang spesifik, fenotipe resisten, petanda molekuler dan atau grup antimikrobial tertentu.

Pada sesi kedua, dibahas tentang bagaimana mengintegrasikan surveilans dalam cakupan One Health, kesehatan-satu bersama, baik dalam bentuk AMR, AMU dan AMC.

Prof. Tjandra menjelaskan, pada sesi kedua ini, berbagai pengalaman yang sudah dilakukan disampaikan dalam bentuk Tricycle Project, Regional Networks ReLAVRA di Amerika dan inisiatis baru di Asia dalam bentuk ASIARSNET.

Baca juga : Sawah Dihantam Banjir Bandang, Kementan Ingatkan Petani Sulbar Ikut AUTP

Selain itu, juga dibahas tentang faktor apa saja yang perlu diperkuat dalam surveilans ini. Baik dalam bentuk kapasitas diagnostik, epidemiologi dan juga IT. Serta bagaimana metode bersama, mengintegrasikan pengumpulan data,  dan analisis  pelaporannya.

Secara spesifik, dijelaskan pula, bagaimana G20 dapat mendukung sistem surveilans AMR dan jejaringnya.

"Semoga dunia, negara G20 dan kita di Indonesia dapat melakukan kegiatan pengendalian AMR dengan tepat. Ini penting menjadi salah satu prioritas program kesehatan masyarakat kita," pungkas Prof. Tjandra, yang juga menjadi mantan AMR Focal Point. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.