Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kesadaran Atas Pancasila Menurun, BPIP Perlu Diperkuat

Rabu, 6 Juli 2022 12:13 WIB
Seminar Nasional Meneguhkan Pancasila sebagai Falsafah Bangsa dan Dasar NKRI yang digelar Majelis Kridatama Pancasila di Yogyakarta, Senin (4/7). (Foto: Ist)
Seminar Nasional Meneguhkan Pancasila sebagai Falsafah Bangsa dan Dasar NKRI yang digelar Majelis Kridatama Pancasila di Yogyakarta, Senin (4/7). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kesadaran masyarakat terhadap urgensi Pancasila dinilai menurun. Butuh usaha pembumian yang kontinyu dan kreatif dengan sasaran para kawula muda.

Pandangan ini mengemuka dalam Seminar Nasional 'Meneguhkan Pancasila sebagai Falsafah Bangsa dan Dasar NKRI' yang digelar Majelis Kridatama Pancasila di Yogyakarta, Senin (4/7).

Membuka acara, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi terlebih dahulu memperkenalkan Salam Pancasila. Lalu, ia mengingatkan sejumlah inspirasi di era Bung Karno. 

"Bangsa kita ini terbaik di muka bumi dalam konteks pembangunan negara baru," ucap Yudian. 

Baca juga : Nih, Tiga Jurus Jitu Demokrat

Di tempat yang sama, Wakil Kepala BPIP Karjono mengungkapkan tren menurunnya kesadaran masyarakat terhadap Pancasila. Dia merujuk survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terdapat 85 persen kaum milenial terpapar radikalisme.

Lalu Karjono memaparkan hasil survei dari Saiful Mujani Research. Masyarakat yang bisa menyebut sila Pancasila dengan benar sebanyak 64,6 persen, dan tidak bisa sama sekali menyebut sila Pancasila sebanyak 12,3 persen. "Hal ini sangat memprihatinkan karena hampir 23 tahun tidak mengenal Pancasila setelah era reformasi," cetus Karjono. 

Penyebab lain, lanjutnya, lantaran Tap MPR II/MPRS/1978 tentang Eka Prasetya Pancakarsa atau P4 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Satu tahun kemudian BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dibubarkan, dan saat penggantian Undang-Undang Sikdiknas, mata ajar Pancasila dihilangkan atau bukan merupakan mata pelajaran wajib.

Karjono bersyukur atas terbitnya PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN). "Benteng penguatan Pancasila bagi generasi bangsa karena mewajibkan mata ajar Pancasila mulai PAUD sampai Perguruan Tinggi," jelasnya. 

Baca juga : Lenglet Ditendang Barca

Pria asal Klaten, Jawa Tengah ini menegaskan perlunya penguatan kelembagaan sehingga BPIP konsisten sesuai tupoksi yakni membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila. "Meski UU kita (RUU BPIP) belum di sah-kan, tetapi kita tetap mendorong penguatan lembaga BPIP dengan Undang-Undang," ucap Karjono. 

"Selain itu juga banyak peraturan yang erat dengan BPIP yang dapat memperkuat Pancasila. Salah satunya Perpres tentang PIP bagi generasi muda melalui Paskibraka."

Karjono meyakinkan pihaknya terus berupaya menginternalisasi Pancasila via berbagai kegiatan. Melalui musik, film, olahraga, kuliner, serta gotong royong membangun Kampung dan Desa Pancasila. 

Sementara itu, pakar geopolitik Hasto Kristiyanto mengatakan, agar tidak multitafsir, masyarakat harus mempelajari spirit kelahiran Pancasila berdasarkan pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945.

Baca juga : Tanamkan Nilai Pancasila BPIP Sasar Usia Dini

"Agar penjabaran terhadap seluruh falsafah dalam prikehidupan berbangsa dan bernegara itu kita tidak dikooptasi oleh kepentingan politik tertentu," ujar Hasto.

Pembina Majelis Kridatama Pancasila ini prihatin dewasa ini sesama anak bangsa mudah saling bertengkar. "Saat serba keterbatasan, Indonesia bisa menggelar Konferensi Asia Afrika. Kemana spirit itu sekarang?" tukas Hasto.

Adapun Ketua Umum Majelis Kridatama Pancasila Hanief S.Ghafur menyatakan, selama 23 tahun terakhir, terjadi disrupsi terhadap nilai Pancasila. Kehampaan Pancasila itu sangat berbahaya.

"Bangsa ini harus sukses mendidik anak di sekolah Pancasila, harus ada stempel aktif untuk sekolah mengenai Pancasila. Semoga kekosongan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya, bisa diisi di masa mendatang," jelas Hanief.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.