Dark/Light Mode

Victim Blaming, Seksolog Ingatkan Warganet Akhiri Tudingan Dan Opini Kasus Brigadir J

Senin, 18 Juli 2022 13:36 WIB
Seksolog Zoya Amirin. (Foto: Ist)
Seksolog Zoya Amirin. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Seksolog Zoya Amirin menyuarakan komentar serius terkait reaksi dunia maya terhadap peristiwa dugaan pelecehan seksual yang dialami istri Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo, yang diduga dilakukan oleh ajudannya sendiri.

Lewat unggahan video di Channel Youtube Zoya Amirin berjudul 'Brigpol J: Pelaku atau korban?' pada Minggu (17/7), Zoya meminta warganet segera mengakhiri tudingan dan opini-opini yang justru akan semakin memperkeruh keadaan.

"Saya di sini bukan berkapasitas untuk membela pihak mana pun. Fokus saya adalah soal pelecehan seksual, karena menurut saya, komentar para netizen kian hari kian menjadi victim blaming (menyudutkan korban kekerasan)," ujar Zoya, dikutip Senin (18/7). .

Baca juga : Di Malang, Kementan Gelar Pengobatan Sapi Bergejala PMK

Menurutnya, posisi istri Istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi (PC) adalah korban yang disudutkan atau tersudutkan.

Zoya menyebut, siapapun pelakunya, budaya victim blaming adalah dasar yang paling besar untuk membentuk rape culture.

"Karena bagi saya, pembunuhan sadis, kekerasan seksual tidak akan terjadi kalau tidak adanya victim blaming. Ketika orang bilang, 'ah enggak mungkin terjadi kekerasan, perkosaan atau pelecehan seperti ini, lihat dong kedudukannya'. Kemudian ada yang bilang, perkosaan hanya terjadi pada perempuan yang nggak baik, ini yang menurut saya sangat-sangat keliru," tegasnya.

Baca juga : Penting, Lestarikan Bahan Pustaka Dan Memorabilia Di Era Digital

Ia juga sempat menyoroti salah satu komentar netizen yang Ia anggap menyudutkan korban. Di mana, ada netizen yang mengatakan 'terus menerus menangis karena harus menjelaskan apa yang terjadi, ini menunjukkan sang istri mau lepas tanggung jawab'.

Zoya menyebut, komentar itu lucu. Soalnya, kata dia, dengan menangis, sejatinya korban tidak harus menjelaskan secara tuntas.

Ia menjelaskan, ada individu yang ketika syok langsung menangis, ada yang langsung minta bantuan, dan ada yang marah saat menerima pelecehan seksual.

Baca juga : Diingetin Zaki Iskandar: Warga Jakarta Jangan Sampai Bawa Virus Selama Mudik Lebaran

"Nah dalam kasus ini, ada dua kejadian traumatis menurut saya, pertama dengan kejadian pelecehan, kemudian kedua trauma atas kejadian penembakan. Jadi please jangan menyalahkan korban, kita jangan membudayakan victim blaming," paparnya.

Zoya menegaskan, kekerasan dan pelecehan seksual akan terjadi kepada siapa saja, tidak melihat jenderal atau pejabat rendahan. Karena baik pelaku dan korban, bisa terjadi pada siapapun.

"Karena ada beberapa kategori dalam pelecehan seksual itu. Pertama pelaku yang ingin bertujuan mempermainkan dan menyakiti. Kemudian tipe pelaku yang ingin menunjukkan kekuasaan, bahwa dia itu jago dan ingin membuktikan diri sendiri. Ketiga, adalah pelaku yang cemburu dan bertindak brutal bahkan melakukan tindakan sadis dalam memperkosa korban," beber Zoya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.