Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Jagad dunia maya masih dipenuhi berbagai narasi bernuansa hasutan, cacian, provokasi, dan adu domba. Pelakunya dari masyarakat biasa sampai elite politik dan tokoh nasional. Karena itulah, Indonesia membutuhkan upaya dan gerakan bersama untuk hijrah dari narasi kebencian yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Ketua Bidang Agama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung Ustaz Suparman Abdul Karim menyayangkan fenomena yang terjadi. Dia melihat, masih marak elite politik dan tokoh nasional yang justru terjerat pada kasus penyebaran narasi ujaran kebencian yang dapat berujung pada perpecahan di masyarakat.
“Ketika mereka memperjuangkan aspirasinya, keinginan, dan tujuan sesuai dengan aturan yang ada, itu di jalur yang benar. Tetapi, ketika hal itu diperjuangkan dengan cara yang salah, menebar kebencian, ia tidak akan pernah mendapat kemenangan melainkan kehinaan,” ujar Suparman, Kamis (29/7).
Suparman melanjutkan, ujaran kebencian merupakan penyakit hati yang sangat merusak pribadi. Hal ini akan menjadi persoalan ketika diekspresikan secara liar, khususnya di media sosial.
Baca juga : Tanpa Ciro, David Da Silva Masih Jadi Andalan Persib
“Saat itu diekspresikan secara liar di media sosial dan direspons orang banyak, akan memengaruhi banyak orang. Yang pro akan terus menyebarkan kebencian, yang kontra akan memunculkan reaksi negatif terhadap kebencian yang disebarkan,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, dalam perspektif agama, ‘membicarakan keburukan orang lain dosanya lebih kejam dari berzina’. Sedangkan ketika yang dibicarakan atau disampaikan tidak sesuai fakta maka menjadi fitnah, dan ‘fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan’. Sehingga dibutuhkan suatu gerakan hijrah dari narasi ujaran kebencian dan pemecah belah.
“Kita harus berhenti dan mulai berhijrah. Karena sekali lagi, tidak akan mendapat kemenangan dan keberhasilan, kalau kita keluar daripada jalur yang ada (membuat ujaran kebencian),” tuturnya.
Ia menilai, gerakan hijrah dari narasi ujaran kebencian yang memecah belah sudah harus segera dimulai. Mulai dari diri sendiri, public figure, artis, tokoh agama, guru, hingga para mubaligh harus dapat memberikan contoh terbaik, dengan tidak saling menjatuhkan, melainkan saling mendukung.
Baca juga : Wow, Mendayung 34 Hari Dari California Ke Hawaii
“Semua orang harus mulai hijrah dari narasi ujaran kebencian. Jadi, artinya ada kompetisi yang sehat, saling menasehati satu sama lain, bukan saling menjatuhkan satu sama lain,” tegas anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung ini.
Suparman menambahkan, seorang public figure atau tokoh harus bisa menjadi teladan yang baik yang mampu memberikan contoh dan mengayomi masyarakat. “Yang jelas, disamping aspek etika moral, tanggung jawab setiap individu saya pikir memang regulasi harus terus ditegakkan. Yang kurang kuat dikuatkan, setidaknya aturan ini menjadikan orang lebih bertanggung jawab terhadap yang ia tuliskan dan sebarkan,” ungkap pendiri Sedekah Seribu Sehari.
Ia berharap, peran para tokoh agama dapat lebih ditonjolkan dan tegas dalam mengarahkan umat ke jalan yang benar. Bukan justru menjadi provokator yang justru menjerumuskan umat kepada hal yang negatif.
“Masyarakat dalam hal ini juga harus cerdas. Sebab, tidak semua orang yang bicara tentang agama adalah benar. Karena a manusia biasa, ada intervensi hawa nafsu dalam dirinya,” ujar Suparman.
Baca juga : Perpusnas-UKI Tana Toraja Kolaborasi Gelar Webinar Kegemaran Membaca
Menurutnya, yang disampaikan mubaligh, tokoh, maupun penceramah agama adalah pemahaman dan penafsiran. Di satu sisi, setiap penyampai agama harus bertanggung jawab dan memberikan teladan pada umat.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya