Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa menghadiri acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) bagi kadernya di KPK. Di acara yang mengupas soal perilaku korupsi itu, Suharso menyinggung soal ‘amplop untuk kiai’. Bukannya mendapat pujian, Suharso justru menuai perlawanan.
Sebetulnya, acara PCB ini digelar di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi KPK, Kuningan, Jakarta, Senin (15/8) siang. Namun, hebohnya baru kemarin. Selain Suharso, jajaran pengurus pusat PPP hadir dalam acara tersebut. Wakil Ketua KPK, Nurul Gufron hadir mewakili lembaga antirasuah untuk menyampaikan kuliah antikorupsi bagi pengurus dan kader partai berlambang Ka’bah itu.
Baca juga : Soal Geger Amplop, Ketum Suharso Justru Ingin Memuliakan Kiai
Suharso ikut menyampaikan pidato sambutan di acara tersebut. Karena temanya pencegahan terhadap perilaku korupsi, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas ini, menceritakan pengalamannya saat melakukan lawatan ke sejumlah pondok pesantren dan ulama besar. Tepatnya, saat dirinya menjabat sebagai Plt Ketum PPP menggantikan Romahurmuziy yang diciduk KPK karena perkara korupsi.
“Ketika saya menjadi plt ketua umum, saya mesti bertandang ke beberapa kiai besar, ke pondok pesantren besar. Ini demi Allah dan RasulNya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja,” cerita Suharso.
Baca juga : Pasca Irjen Sambo Ditahan, AKP Rita Sudah Berani Main Medsos
Menurut Suharso, kedatangannya itu, untuk meminta doa restu dari para ulama dan kiai terkait jabatan yang diembannya. Sekaligus juga minta doa dari masalah yang sedang melanda PPP kala itu. Kala itu, memang PPP sedang goyah karena Romy sang ketum diciduk KPK.
“Ya saya minta didoain, kemudian saya jalan. Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan, di-WhatsApp, ‘Pak Plt, tadi ninggalin apa nggak untuk kiai?’” ujarnya tanpa menyebut siapa yang kirim WhatsApp itu.
Baca juga : Wakil Ketua DPRD Tulungagung Ditahan KPK
Suharso kemudian menanyakan balik maksud ‘ninggali’ usai bertemu kiai. Dia mengira, ada barangnya yang tertinggal di lokasi tersebut. Orang dalam cerita Suharso disebut merespons dengan mengatakan ‘Oh nanti aja, Pak’.
Setelah itu, barulah dia mengerti maksud dari ‘ninggali’ itu. Penjelasan itu diketahuinya dari orang yang sama. ‘Gini Pak Plt, kalau datang ke beliau-beliau itu, mesti ada tanda mata yang ditinggalkan’. Wah saya nggak bawa. Tanda matanya apa? Sarung, peci, Qur’an atau apa? ‘Kayak nggak ngerti aja Pak Harso ini’. Gitu. Then I have to provide that one. Everywhere,” kata Suharso.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya