Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cacar Monyet Sudah Terdeteksi Di Tanah Air, Prof. Tjandra Ingatkan 7 Hal Ini

Sabtu, 20 Agustus 2022 18:54 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan informasi terkini, seputar kasus cacar monyet (monkeypox) yang telah terdeteksi di Ibu Kota, Sabtu (20/8).

Menurutnya, ada tujuh hal yang perlu kita ketahui dan terapkan, terkait penyakit tersebut.

Pertama, sesuai data resmi WHO sampai 17 Agustus 2022, tercatat lebih dari 35 ribu kasus cacar monyet dari 92 negara di dunia, dengan 12 angka kematian. Dalam hal ini, kasus RI belum masuk perhitungan.

Kedua, jumlah kasus cacar monyet di dunia terus naik, dengan peningkatan 20 persen seminggu.

Baca juga : Tanpa Amien Rais, PAN Merasa Suaranya Aman

"Tentu, kita perlu amati bagaimana perkembangan kasus di negara kita, sesudah adanya laporan kasus pertama sore ini," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Sabtu (20/8).

Ketiga, sebagian besar kasus cacar monyet, sejauh ini didominasi oleh kaum pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.

Terkait hal tersebut, WHO mengatakan, negara dapat mendesain dan memberi informasi dan pelayanan kesehatan pada kelompok ini. Dengan cara yang baik dan sesuai hak azasi, martabat, dan kehormatan diri.

"Perlu juga ditegaskan, siapa pun dapat terkena penyakit ini, apa pun latar belakangnya," ucap Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Baca juga : Hari Ini, 78.369 Jemaah Haji Sudah Tiba Di Tanah Air

Keempat, WHO menyatakan bahwa semua negara - termasuk Indonesia - harus siap menghadapi cacar monyet, yang memang sudah dinyatakan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD).

"Kalimatnya bukan Kedaruratan Kesehatan Global. Semua perlu melakukan upaya kesehatan masyarakat, untuk menghentikan penularan cacar monyet di negara masing-masing. Apalagi, kalau sudah ada kasus seperti di negara kita ini," jelas Prof. Tjandra.

Kelima, ada sedikitnya enam upaya kesehatan yang harus dilakukan. Apalagi, kalau sudah ada kasus seperti kita ini.

Enam upaya tersebut mencakup peningkatan surveilans penyakit, penelusuran kasus yang ketat, komunikasi risiko yang baik, keterlibatan aktif masyarakat, upaya penurunan risiko (risk reduction measures), dan vaksinasi.

Baca juga : Pulang Ziarah, Tim Promosi Kesehatan Ingatkan Jamaah Jalankan Prokes

"Kita tentu berharap, agar keenam upaya kesehatan ini dapat dilakukan dengan maksimal, di negara kita," tutur Prof. Tjandra.

Keenam, ketersediaan vaksin cacar monyet di dunia, saat ini masih terbatas. WHO bahkan mengkhawatirkan adanya ketimpangan pemerataan vaksin, seperti yang pernah terjadi pada penanganan Covid, terulang pada pengendalian cacar monyet.

"Akan baik sekali, kalau Indonesia segera mengadakan vaksin di lapangan untuk yang membutuhkan," kata Prof. Tjandra. 

Ketujuh, WHO sudah memberi penamaan baru untuk clade/galur/jenis cacar monyet. Yang dulu dikenal sebagai clade Congo Basin atau Afrika Tengan kini disebut sebagai clade I, dan yang clade/galur Afrika Barat disebut clade II. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.