Dark/Light Mode

Subvarian Baru Corona, Centaurus, Ditemukan Di India

Prof Tjandra: Indonesia Perlu Lakukan Pengumpulan Data BA.2

Senin, 11 Juli 2022 19:28 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Dok. Pribadi)
Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama melaporkan adanya temuan terbaru subvarian virus Corona, yakni BA 2.75, di India. "Oleh sebagian pihak, disebut sebagai Centaurus. Tentu belum nama resmi," ujar Prof Tjandra, Senin (11/7).

Dia mengungkapkan, Badan ilmiah di India, Indian SARS-CoV-2 Consortium on Genomics (INSACOG) pada akhir minggu lalu melaporkan, negara itu kini didominasi BA.2.

"Di India BA.4 dan BA.5 hanya ditemukan pada kurang dari 10 persen sampel mereka, sementara BA 2.38, ada pada 30 persen sampelnya," tutur Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.

Baca juga : Ini Saran Prof Tjandra Untuk Pemerintah Dan Masyarakat

Prof Tjandra menyebut, seharusnya Indonesia juga punya konsorsium genomik seperti India. "Kita di Indonesia juga amat perlu melakukan pengumpulan data ke arah BA.2 ini dan turunannya, dan hasilnya diumumkan ke publik," usul Prof Tjandra.

Memang, lanjutnya, sejauh ini belum ada kepastian tentang penularan dan berat ringannya dampak BA.2.75 serta kemungkinan menghindar dari sistem imun seseorang.

"Tapi sejak dari India, kasus sudah menyebar ke 10 negara. Penyebaran yang cukup cepat yang mengingatkan kita seperti varian Delta yang lalu," ingatnya.

Baca juga : WTND 2022, Indonesia Perlu Lebih Berperan Dalam Tanggulangi Masalah Rokok

Data sementara yang ada menunjukkan bahwa BA.2.75 menunjukkan setidaknya 8 mutasi tambahan daripada BA.5 yang sekarang banyak di Indonesia.

"Utamanya, di terminal N, yang dapat punya pengaruh menghindar dari imunitas yang sekarang sudah ada," terang mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini.

Selain BA 2.75 yang memang sudah dalam monitoring WHO, ada juga sub varian lain yang disebut Prof Tjandra perlu mrndapat perhatian. Yakni, BA.5.3.1 yang disebut juga sebagai "Bad Ned", karena ada mutasi pada N:E136D.

Baca juga : Merawat Momentum Pertumbuhan Di Tengah Lonjakan Pertumbuhan Harga Energi

"Rakyat Merdeka tadi malam (10 Juli) juga menyebut tentang BA.5.2.1 yang terdeteksi di Shanghai," ucap Tjandra.

Semua perkembangan ini, membuat kita perlu waspada. Tjandra mengaku berbesar hati dengan arahan Presiden Jokowi pada saat Idul Adha, bahwa baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan memakai masker adalah masih sebuah keharusan.

"Arahan Presiden ini amat penting bukan saja karena memang perlindungan dengan masker memang amat penting, tetapi juga karena beberapa waktu yang lalu ada semacam beda pendapat, sesudah Wakil Presiden juga menyebutkan tentang pemakaian masker di luar ruangan," tandas Prof Tjandra. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.