Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Tingkatkan Bisnis Komersial, Perumda Dharma Jaya Tambah Tiga Gerai Daging
- PT MSP Serah Terima Hasil Rehabilitasi DAS Ke KLHK
- Timnas U-17 Fokus Matangkan Strategi
- UU Cipta Kerja Dorong Indonesia Jadi Negara Berpendapatan Tinggi
- Jabar Punya Banyak Jabatan Fungsional, Bey Machmudin Minta ASN Kerja Lebih Ekstra
Amerika Sudah Publikasikan Penelitian Cacar Monyet, Indonesia Kapan?
Sabtu, 27 Agustus 2022 10:19 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti penelitian soal cacar monyet di Amerika Serikat (AS), yang saat ini telah dipublikasi.
Dalam konteks ini, Jurnal Ilmiah Morbidity and Mortality Weekly Report 19 Agustus 2022 melaporkan temuan materi genetik cacar monyet pada berbagai permukaan alat/benda di rumah dua pasien cacar monyet di Utah, AS.
"Kedua pasien ini terinfeksi cacar monyet, setelah kembali dari perjalanan luar negeri. Sama seperti kasus kita di Jakarta. Pasien tersebut diisolasi di rumahnya selama 20 hari," jelas Prof. Tjandra dalam keterangannya, Sabtu (27/8).
Baca juga : Generasi Muda Harus Punya Ketahanan Ideologi Demi Indonesia Emas
Setelah materi genetik terlacak, petugas kesehatan dari Utah Department of Health and Human Services (UDHHS) datang ke rumah kedua pasien tersebut.
Mereka mengambil sampel dari 30 obyek di 9 area rumah itu. Termasuk pakaian, tempat duduk, selimut, pegangan pintu, dan sebagainya.
Dari 30 spesimen, sebanyak 21 spesimen (70 persen) ternyata memberikan hasil tes Polymerase Chain Reaction (PCR) positif.
Baca juga : Pemerintah Tegaskan Libatkan Masyarakat Susun RKUHP
Para peneliti kemudian melanjutkan risetnya, dengan mencoba menumbuhkan virus dari PCR positif itu. Hasilnya, tidak ada yang tumbuh dalam kultur di laboratorium.
Terkait hal tersebut, Prof. Tjandra mengatakan, Indonesia mestinya juga melakukan penelitian serupa.
"Kasus pertama kita kan juga isoman di rumah. Sekarang, isolasinya sudah sekitar 10 hari, sejak kasusnya terkonfirmasi pada 19 Agustus lalu. Maka sebaiknya, pada kasus satu orang ini, kita juga melakukan penelitian di rumahnya, setelah masa isolasi selesai. Jadi, ada waktu untuk persiapan sejak sekarang," papar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI ini.
Baca juga : Mendag Zulkifli Hasan Bukukan Potensi Ekspor Indonesia USD 3,2 Miliar
Menurutnya, bentuk penelitian seperti ini adalah laik laksana di Jakarta. Jadi, sebaiknya memang harus dilakukan.
Sehingga, kita tidak hanya punya data Indonesia. Tetapi juga data yang dapat dipublikasi di jurnal internasional, untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan global. Agar dunia dan kita semua, dapat mengendalikan cacar monyet dengan lebih baik.
"Indonesia memang harus terus menggalakkan riset kesehatan," tandas Prof. Tjandra. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya