Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
FIFA Larang Gas Air Mata Untuk Amankan Massa, Prof. Tjandra Jelaskan Bahayanya
Minggu, 2 Oktober 2022 13:15 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Penggunaan gas air mata dan pengendalian masa yang tidak sesuai prosedur dalam kerusuhan pasca laga Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10), kini menjadi sorotan publik.
Terlebih, Organisasi Sepakbola Dunia (FIFA) tegas melarang penggunaan gas air mata untuk mengamankan massa di dalam stadion. Sebagaimana tercantum dalam Stadium Safety and Security Regulation Pasal 19.
"Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa," tulis regulasi FIFA tersebut.
Mengapa penggunaannya dilarang? Berikut penjelasan mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama, melalui pesan singkat yang diterima RM.id, Minggu (2/10):
Baca juga : Juara Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya
1. Beberapa bahan kimia yang digunakan pada gas air mata, dapat saja dalam bentuk chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidenemalononitrile (CS), chloropicrin (PS), bromobenzylcyanide (CA) dan dibenzoxazepine (CR).
2. Secara umum, gas air mata dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata, paru, dan saluran napas.
3. Gejala akutnya di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas.
Pada keadaan tertentu, dapat terjadi gawat napas (respiratory distress).
Baca juga : Amankan Tiket Perempat Final, Gregoria Hajar Andalan Taiwan
"Masih tentang dampak di paru, mereka yang sudah punya penyakit asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), bisa mengalami serangan sesak napas akut, bila terkena gas air mata. Bukan tak mungkin berujung pada gagal napas (respiratory failure)," jelas Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.
4. Selain di saluran napas, gas air mata juga bisa menimbulkan rasa terbakar di mata, mulut dan hidung. Bisa juga berupa pandangan kabur dan kesulitan menelan.
Juga dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi, dan reaksi alergi.
5. Walaupun dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, pada keadaan tertentu, dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan.
Baca juga : Amankan Tiket Perempat. Final, Jojo Hajar Andalan Taiwan
"Terutama, bila terjadi paparan berkepanjangan dalam dosis tinggi. Apalagi, di ruangan tertutup," pungkas Prof. Tjandra. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya