Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Banyak Hoaks Di Dunia Digital, Muslimat NU Ingatkan Pentingnya Tabayyun

Rabu, 12 Oktober 2022 13:28 WIB
Sekretaris PP Muslimat NU Arifah Fauzi (Foto: Istimewa)
Sekretaris PP Muslimat NU Arifah Fauzi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kehadiran media sosial telah mengubah cara masyarakat dalam mendapatkan informasi. Di era digital, masyarakat tidak lagi mencari informasi. Sebaliknya, informasi membanjiri ruang-ruang digital. Sayangnya, ledaka informasi ini kerap menyisakan residu persoalan. Antara lain maraknya misinformasi dan disinformasi. Sehingga, penting bagi masyarakat menjaga kewarasan berpikir dan bertindak dengan melakukan tabayyun atau klarifikasi digital.

Sekretaris Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU) Arifah Fauzi mengatakan, menjadi hal yang penting dan esensial bagi warganet untuk mampu ber-tabayyun, teliti, dan hati-hati ketika menerima informasi serta mampu mengendalikan nafsu untuk menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya.

“Di era digital yang serba modern seperti sekarang, biasanya kita kalau dapat info atau berita, yang bergerak itu memang tangan dulu, jari dulu. Jadi, kadang langsung emosi, share, komentar, atau balas tanpa dipikir terlebih dahulu dampaknya yang akan terjadi,” ujar Arifah Fauzi, seperti keterangan yang diterima redaksi, Rabu (12/11).

Baca juga : Bos Mandiri: Ini Untuk Kepentingan Nasabah

Dia melanjutkan, selain teliti dan berhati-hati, masyarakat juga perlu memahami dampak dan akibat yang timbul jika secara tidak bertanggung jawab asal menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenaran dan dasarnya. Sebagai penerima informasi atau berita seharusnya di-cross check terlebih dahulu.

"Apalagi ketika kita mau share berita tersebut, maka kita harus berpikir lebih jauh tentang apa dampaknya. Kalau kita tidak tahu secara detail tentang informasi itu lebih baik tidak men-share. Kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita share,” jelas Arifah.

Anggota Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (Infokom MUI) ini mengatakan, tabayyun memiliki makna penting agar umat senantiasa membiasakan diri mengklarifikasi atau mencari informasi yang sejelas-jelasnya dan sedetail-detailnya. Karena hal tersebut telah menjadi sebuah tanggung jawab bagi umat untuk meluruskan atau membagikan informasi tersebut.

Baca juga : Musim Banjir, Prof. Tjandra Ingatkan Pentingnya Antisipasi Penyakit Menular

“Kenapa tanggung jawabnya besar? Karena menebar suatu informasi yang belum jelas kebenarannya, ibarat menebar bulu, lalu mengumpulkannya kembali, tidak akan utuh kembali karena sudah tertiup angin. Ketika sudah tersebar, tidak akan kembali dan tidak tahu sudah sampai mana bulu (informasi) tersebut,” ungkapnya.

Ia menilai, betapa besarnya tanggung jawab seseorang ketika menebar hoaks atau informasi palsu. Sebab, yang sudah tersebar tidak bisa ditarik kembali. Hal ini tentunya sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan perpecahan. 

Oleh karenanya, pembuat dan penyebar hoaks harus menanggung akibatnya. Tidak hanya di dunia tapi pertanggung jawaban dengan Tuhan karena telah membuat keonaran dan kerusakan di muka bumi.

Baca juga : Andika: Presiden Biasanya Dadakan

“Di Al-Qur'an dalam Surah Al Hujurat ayat 6, dalam Islam anjuran untuk tabayyun sendiri sudah sangat jelas sekali. Karena itu juga, para ulama kita menyarankan untuk berhati-hati ketika menyebarkan informasi dengan cross check dulu sumbernya benar atau tidak, untuk menjaga dari hal yang tidak kita inginkan, termasuk perpecahan,” jelasnya.

Arifah mengingatkan, betapa pentingnya membangun kesadaran bersama, membudayakan tabayyun agar menjadi norma, etika dan bahkan gaya hidup. “Ini butuh proses untuk membangkitkan kesadaran bahwa kita ini dalam menyebarkan informasi harus hati-hati, harus belajar dari diri sendiri dan menyadari serta mengingatkan untuk berhati-hati. Kita harus berperan (untuk mengingatkan lingkungan sekitar) sesuai kapasitas kita di masyarakat,” ujar istri budayawan Ngatawi Al Zastrouw ini.

Arifah juga berharap, agar tokoh agama maupun tokoh masyarakat, untuk meningkatkan perannya sebagai panutan bagi pengikutnya, untuk dapat menularkan dan mengajari pentingnya budaya tabayyun kepada masyarakat. “Pastinya ketika seorang ulama menyampaikan sesuatu maka sudah jelas rujukannya, dari surat, ayat maupun hadits serta kitab yang dibaca. Saya pikir ini secara tidak langsung, bahwa apa yang disampaikan oleh para tokoh ulama ini jelas rujukannya, bukan informasi yang tidak jelas asal usulnya,” pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.