Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tren Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak Meningkat, Prof. Tjandra Sarankan 8 Hal Ini

Kamis, 13 Oktober 2022 08:30 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan pandangannya tentang tren peningkatan kasus gagal ginjal akut pada anak, yang terjadi sejak Januari 2022, sebagaimana disampaikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Dalam dua bulan terakhir, angkanya bahkan dilaporkan telah melebihi 100.

Menurutnya, ada delapan hal penting yang harus dilakukan pemerintah terkait hal tersebut.

"Pertama, perlu dianalisis secara lengkap  apa yang sebenarnya terjadi. Rumah sakit (RS) yang melaporkan   perlu melihat aspek kliniknya secara amat lengkap. Datanya, tentu sudah ada di RS. Perhatikan juga aspek pencatatan kasus serupa di RS tersebut, dari waktu ke waktu," papar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Kamis (13/11).

Baca juga : Tragedi Kanjuruhan Renggut 33 Nyawa Anak-anak, Usia 4-17 Tahun, 8 Perempuan 25 Laki

Kedua, perlu analisis lebih dalam lagi, yang meliputi kunjungan rumah pasien. Ini penting, untuk melihat kemungkinan faktor penyebab, dan atau mencari kasus-kasus lain di rumah atau sekitar rumah pasien.

"Bila perlu, lakukan analisis lingkungan, serta kemungkinan analisis vektor penular penyakit, kalau ada," saran Prof. Tjandra.

Ketiga, biasanya dalam hitungan hari, akan didapat setidaknya kesimpulan awal tentang apa yang sebenarnya terjadi. Juga seberapa besar dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Keempat, setelah ada kesimpulan awal, tentu harus diteruskan untuk mendapat kesimpulan lanjut menuju kesimpulan akhir. Misalnya, dengan melakukan uji laboratorium dan genomik mendalam.

Baca juga : FIFA Larang Gas Air Mata Untuk Amankan Massa, Prof. Tjandra Jelaskan Bahayanya

Kelima, perlu dicari data dari RS lain di negara kita, baik secara langsung ke RS, atau dengan melihat kompilasi data RS yang tentunya ada di Kementerian Kesehatan.

"Kita perlu mencari kecenderungan pola penyakit atau gejala, sesuai kasus-kasus gangguan ginjal yang sekarang dilaporkan," tutur Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Keenam, agar kasus ini mendapat penanganan maksimal, Prof. Tjandra menyarankan pembentukan tim ahli khusus yang menganalisis secara mendalam, dan melakukan penanganan klinis sesuai bukti ilmiah mutakhir.

"Dalam hal ini organisasi profesi IDAI tentu memegang peran utama," ucapnya.

Baca juga : Perjuangan Dan Pengabdiannya Selalu Dirindukan Banyak Orang

Ketujuh, bila penjelasan awal sudah didapat, maka harus dilakukan pengecekan, mengenai perlu tidaknya pelaporan ke WHO. Sebagaimana algoritma yang tercantum dalam International Health Regulation (IHR), yang tentunya akan dilaksanakan oleh tim di Kementerian Kesehatan, kalau diperlukan.

"Kedelapan, kalau memang dianggap diperlu, maka keadaan ini dapat saja dipertimbangkan masuk dalam DONs (Disease Outbreak News) WHO untuk kewaspadaan negara-negara lain di dunia," pungkas Prof. Tjandra, yang juga mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.