Dark/Light Mode

Sosialisasikan G20 Sampai Ke Desa

Panitia Kudu Kuatkan Koordinasi Dengan Pemkot

Rabu, 19 Oktober 2022 18:13 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya. (Foto: Ist)
Wali Kota Bogor Bima Arya. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of 20 (G20) di Bali akan digelar pada 15-16 November 2022. Waktunya semakin dekat. Namun, sosialisasi ini nampak belum maksimal.

Gelaran tersebut seolah hanya ramai di tingkat elit dan kelompok tertentu saja. Banyak masyarakat, khususnya di pedesaan yang belum paham tentang G20.

Salah satu pemasok bawang merah ke pedagang pasar Simpang, Kabupaten Garut, Lina (28) mengaku nyaris tidak tahu sama sekali tentang Presidensi G20. Sedikit informasi, itu pun dari media cetak yang sepintas dia baca.

"G20 itu aku pernah liat di koran kayak acara pejabat-pejabat ya," ujar Lina saat ditemui di Kabupaten Garut, Rabu (19/10).

Baca juga : Kalau Ekonomi Kuat, Kita Tak Perlu Jadi Pasien IMF

Ia mengaku selain pertemuan pejabat, selebihnya tidak paham G20 itu apa. Begitu juga manfaatnya yang tidak diketahuinya. Ketika ditanya lebih jauh nampaknya ia merasa jengah dengan pertanyaan yang disampaikan wartawan Rakyat Merdeka. Lina geleng-geleng kepala. "Aku nggak ngerti," cetusnya.

Warga Kecamatan Bayongbong Garut, Dela (25) juga tidak mengerti Presidensi G20. Mahasiswi yang berkuliah di salah satu kampus di Cikarang Bekasi ini mengaku pernah mendengar sepintas tapi awam dengan G20.

"Nggak ngerti G20 itu untuk apa. Manfaatnya juga saya nggak ngerti," aku Dela.

Ulfa (28), seorang ibu rumah tangga juga mengaku buta sama sekali dengan event tersebut. "Mana aku tau," ucapnya.

Baca juga : Menperin: Sosialisasi Dan Edukasi Kerek Populasi Kendaraan Listrik

Berbeda dengan penduduk di DKI Jakarta yang sedikit lebih memahami apa itu KTT G20. Wajar saja sosialisasi ini di Jakarta begitu gencar. Seperti yang diutarakan Nasrulloh (32) karyawan swasta yang berkantor di Jakarta.

Ia mengaku walau sedikit tapi tau apa itu G20. Informasi itu ia dapat dari banyak iklan di sekitar ruas jalan di Ibu Kota. Dari situ ia penasaran untuk membaca beritanya di media lebih dalam.

"Nih yak, yang saya tau G20 itu forum 20 negara gitu dah. Bahas soal permasalahan ekonomi," ucapnya.

Ia sepakat, G20 penting dan banyak manfaatnya. Karena itu, mestinya sosialisasi jangan di perkotaan saja. Tapi sampai di pelosok daerah seperti di pusat perbelanjaan termasuk pasar tradisional.

Baca juga : Unas-Kedubes Polandia dan Ukraina Selenggarakan Peace Exhibition

Sosialisasi yang dimaksud serupa dengan kampanye pemilihan gubernur, bupati atau wali kota. Bisa juga serupa dengan sosialisasi protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Dimana banyak baliho, poster, stiker dan sebagainya yang terpampang di angkot, di pasar, trotoar jalan bahkan di toilet umum.

Begitu juga kanal media sosial (medsos) yang sering dikunjungi masyarakat. Semuanya bisa jadi sarana untuk menerangkan secara singkat tentang G20 dan manfaatnya bagi masyarakat.

Saat dikonfirmasi, Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Bima Arya mengaku, koordinasi untuk sosialisasi G20 dari tingkat pusat ke kabupaten masih belum optimal. Sosialisasi masih harus dimaksimalkan.

"Mengenai manfaat saya kira panitia di tingkat nasional harus lebih gencar lagi harus ada koordinasi yang nyambung antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) secara formal dengan Dinas Kominfo di masing-masing Pemerintah Kota dan Kabupaten," ujar Bima menjawab pertanyaan Rakyat Merdeka, di Forum Merdeka Barat (FMB) 9, kemarin.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.