Dark/Light Mode

Kasus Gagal Ginjal Akut Turun, Langkah Cepat Menkes Diapresiasi

Minggu, 6 November 2022 16:49 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Foto: Setkab)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Foto: Setkab)

RM.id  Rakyat Merdeka - Masih terbayang dalam ingatan kita, betapa kasus gagal ginjal akut pada anak menyentak publik.

Betapa tidak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 3 November 2022, tercatat 323 kasus yang terdeteksi di 28 provinsi, sejak Agustus 2022.

Sebanyak 190 di antaranya, atau setara 59 persen, berakhir dengan kematian.

Di tengah kepelikan situasi, Kementerian Kesehatan berhasil menjalankan dua langkah cepat, yang menjadi kunci penanganan kasus gagal ginjal akut. Bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), rumah sakit dan profesi lain seperti epidemiolog, apoteker, dan toksikolog.

Pertama, Kemenkes mengeluarkan Surat Edaran untuk menghentikan penggunaan obat sirup kepada seluruh Dinas Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Organisasi Profesi Kesehatan pada 18 Oktober 2022. Menyusul terdeteksinya cemaran dua senyawa itu pada sirop obat batuk anak di Gambia, Afrika.

Baca juga : Kasus Gagal Ginjal Akut Tembus 300, Pemerintah Wajib Bertanggung Jawab

Kedua, Kemenkes memutuskan menggunakan antidotum Fomepizole, yang diberikan secara gratis sebagai bagian dari terapi/pengobatan pada pasien ginjal akut.

Hasilnya, mayoritas pasien mengalami perbaikan yang signifikan. Pasien yang tidak bisa buang air kecil, kini sudah bisa pipis.

Dua langkah cepat itu, terbukti ampuh menurunkan kasus ginjal akut, secara signifikan.

Saat ini, total pasien sembuh 99 orang dan 34 orang masih dirawat.

"Kemarin, kenaikan kasus bisa mencapai 75 sampai 100 pasien. Tapi, setelah 18 Oktober, hanya tercatat 4-5 kasus, dan saat ini di bawah lima kasus,” terang Jubir Kemenkes dr. Muhammad Syahril, Jumat (4/11).

Baca juga : 190 Orang Meninggal, Tersebar Di 28 Provinsi

"Penurunan kasus tidak hanya terjadi pada kasus harian, tetapi juga terjadi pada kasus yang dirawat dan kasus kematian. Bahkan, ada daerah yang seluruh kasusnya telah sembuh," imbuhnya.

Langkah hebat Kemenkes yang dimotori Menteri Budi Gunadi Sadikin, diapresiasi penuh oleh Epidemiolog Universitas Indonesia Dr. Pandu Riono.

Pandu bahkan menyebut, Budi Gunadi Sadikin adalah menteri hebat.

“Yang paling tepat dan benar keputusannya dalam mengatasi ini (kasus gagal ginjal akut), adalah Menteri Kesehatan. Beliau dengan gagah berani, mencabut atau melarang semua obat jenis sirup,” kata Pandu kepada RM.id, Minggu (6/11).

"Sebetulnya, Kemenkes tidak boleh melarang peredaran obat. Tapi, menterinya kan hebat. Yang namanya Budi Gunadi Sadikin itu hebat. Dia berani mengimbau pelarangan obat sirup demi menyelamatkan nyawa," imbuhnya.

Baca juga : Soal Kasus Gagal Ginjal Anak, DPR Minta BPOM Tegas

Pandu sepenuhnya meyakini, kasus gagal ginjal akut disebabkan oleh obat sirup yang tercemar etilen glikol dan dietilen glikol. Akibat ulah perusahaan farmasi yang bandel.

Itu sebabnya, dia pun kembali mengacungkan jempol pada BGS, yang telah bergerak cepat mendatangkan antidotum Fomepizole, obat penawar racun etilen glikol/dietilen glikol.

Hingga saat ini, ada sekitar 246 vial obat Fomepizole dari Jepang, Singapura dan Australia tiba di Indonesia, yang 87 persen-nya merupakan hibah.

Obat tersebut kini telah didistribusikan oleh Kemenkes, ke seluruh rumah sakit yang merawat pasien gagal ginjal akut di seluruh Indonesia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.